Senin, 24 Januari 2011

PENGOPTIMALAN PERAN SASTRA SEBAGAI MEDIA PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN DAN PERADABAN INDONESIA Oleh: YOZA FITRIADI A1F007010

TUGAS BAHASA INDONESIA
PENGOPTIMALAN PERAN SASTRA SEBAGAI MEDIA PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN DAN PERADABAN INDONESIA





Oleh:
YOZA FITRIADI
A1F007010


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2008
PENGOPTIMALAN PERAN SASTRA
SEBAGAI MEDIA PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN
DAN PERADABAN INDONESIA

Kenyataan saat ini bahwa telah begitu rendanhnya penerapan nilai-nilai luhur budaya Indonesia yang terlihat di masyarakat. Telah tampak kemunduran dan kemororsotan bangsa yang tercermin dari prilaku masyarakat kita yang cendrung meninggalkan perdaban bangsa yang sesungguhnya. Misal pada media elektronik, sebagian besar tontonan yang disuguhkan oleh stasiun televisi memberikan berbagai efek terhadap pemirsanya, baik dalam aspek budaya dan berbahasa. Film dan sinetron kadangkala berasal dari sebuah novel atau roman yang menghadirkan konsep “dulce et utile”, indah dan bermanfaat, namun kenyataannya seringkali karya-karya malah meberikan efek yang buruk bagi penontonnya, sehingga terjadi berbagai penyeragaman dalam berbagai hal, misalnya cara berpakaian (baby doll, celana model pensil khas Pasha Ungu, rambut model Tow Ming See, dll).
Dalam berbahasa pun mulai memperlihatkan keseragaman berbahasa yang hampir kejakarta-jakartaan bahasanya. Selain itu sinetron juga memberikan efek bagi psikologis dan psikis penontonnya. Padahal sastra sebagai sebuah karya memiliki tidak hanya aspek rasionalitas, juga memiliki aspek emosional dan aspek afektif dalam setiap pemakaian bahasanya baik secara lisan maupun lisan. Begitupun budaya sudah semestinya dalam salah satu unsurnya (sistem bahasa), mampu memberikan sumbangan dalam pengembangan bahasa itu sendiri.
Padahal seyogyanya sastra dapat menjadi media penting dalam perkembangan budaya dan perdaban asli Indonesia. Bahasa menunjukkkan bangsa, setidaknya itulah tamsil yang seringkali kita dengar. Dari tamsil itu bisa pahami bahwa bangsa yang baik, maju dan berperadaban terlihat dari bagaimana penduduknya berbahasa. Artinya dalam memahami sebuah bahasa tidak hanya aspek rasionalnya saja yang harus diketahui, namun lebih dari itu aspek emosi dan aspek afektif dari sebuah bahasa juga berpengaruh bagi penuturnya.
Maman Handayana (2008) menegaskan bahwa Indonesia pasca 1990 adalah era televisi multi kanal, sebuah era radio bergambar, sebuah era tradisi lisan kedua, tanpa sempat mengalami tradisi baca yang kuat. Era ini ditandai dengan merebaknya teknologi penyimpanan, peniruan serta pengelolaan bertutur. Hal ini menyebabkan spritualitas tradisi lisan pertama kehilangan kemampuan transformasi diri, baik secara formal lewat sistem pendidikan atau pun sistem kehidupan budaya. Spritualitas yang dimaksud antara lain kemampuan bertutur, kemampuan berbahasa, serta kepekaan yang humanis, sehingga mayoritas tradisi lisan yang dihidupkan oleh bahasa daerah kian mengalami penurunan peran.
Padahal semuanya itu termasuk dalam hasil budaya popular, namun tidak semua hasil budaya popular tersebut menghasilkan perubahan yang banyak terhadap pengembangan bahasa. Barangkali di sinilah perlu dipikir ulang, apakah karya-karya sastra yang lahir dari analisis sosial itu akan menjadi sebuah hal yang berharga untuk pengembangan bahasa?, atau justru sebaliknya akan menghancurkan bahasa. Untuk itu lah perlu adanya kajian mengenai hal ini, apakah benar sastra dapat menjadi media pendukung pengembangan peradaban dan kebudayaan bangsa serta apa saja yang dapat menghambat hal tersebut (Anonym, 2005: 21).

Peran sastra dalam mengembangkan kebudayaan dan peradaban Indonesia

Sastra sebagai sebuah karya yang menampilkan realitas yang ada dalam masyarakat menjadi penting artinya dalam pengembangan bahasa, beberapa arti penting sastra dalam pengembangan budaya antara lain,
a. Menambah wawasan kebudayaan
Karya sastra sebagai sebuah karya kreatif memiliki ketiga aspek penting bahasa, yaitu aspek rasional, karya sastra menampilkan kenyataan masyarakatnya. Apek emosional, karya sastra menampilkan emosi-emosi dalam alur-alur cerita yang ditampilkan oleh pengarangnya, dan aspek afektif, sastra menampilkan tingkah laku tokoh-tokoh yang dibuat oleh pengarangnya.
Secara pasif sastra memberikan pengajaran bahasa melalui membaca karya sastra, pembacaan karya sastra berupa novel dan cerpen akan menambah wawasan kebudayaan seseorang. Selain itu membaca karya sastra juga mampu menambah wawasan kebudayaan. Secara aktif sastra memberikan pengajaran bahasa melalui tindakan atau peragaan. Hal ini dapat kita lihat dalam penampilan drama dan puisi. Pembaca secara tidak langsung belajar bagaimana sesunggngguhnya budaya yang ada yang diserap dalam puisi mereka. Lebih jauh sastra juga mengungkap bagaimana peradaban bangsa Indonesia sesungguhnya yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan serta budaya yang menjadi tema bagi karya sastra mereka. Secara tidak langsung maupun langsung hal ini juga menjadi ajang pendidikan budaya bagi para pembaca dan penikmat karya mereka.
b. Mempertahankan dan menyebarluaskan kebudayaan asli Indonesia.
Telah menjadi rahasia umum bahwa kebudayaan asing telah begitu dengan mudahnya masuk ke Indonesia, dengan berbagai media dan berbagai aspek budaya asing yang didominasi oleh budaya barat telah sedikit banyaknya meracuni kebudayaan bangsa kita. Mulai dari segi berpakaian, makanan, sampai etika dan tata kerama yang jelas-jelas telah menympang jauh dari budaya asli leluhur bangsa.
Sayyid (2008) mengatakan bahwa Dengan sastra diharapkan dapat meminimalisir terlalu jauhnya budaya asing masuk pada diri anak=-anak Indonesia. Hal ini jelas dapat dilihat dari bagaimana suatu karya sastra memunculkan dan mengangkat budaya asli bangsa yang menjadi daya serap utama bagi para pembaca.
Misalnya pada novel-novel asli karya anak bangsa, seperti pada novel lascar pelangi karangan Andrea Hirata, Harimau-harimau karaya Marah Rusli ataupun novel Di Bawah Lindungan Ka’bah yang mengangkat budaya asli Minangkabau dengan aspek budaya yang kental.
C. Sebagai media perubahan dan kemajuan bangsa
Di era tahun 1945, karya sastra anak bangsa yang dimuat dalam koran mampu mengobarkan semangat juang revolusi nasional dan memopulerkan maestro sastra di Indonesia. Banyak karya-karya Chairil Anwar dimuat dalam majalah era 1945 seperti Pantja Raja, Zenith, Pembangoenan, Siasat, Internasional, Pemandangan, dan Berita. Bahkan banyak karya Pramoedya Ananta Toer: Kranji-Bokasi Jatuh, Keluarga Gerilya dikerjakan dalam penjara Belanda Bukit Duri akhirnya dipopulerkan juga oleh koran the Voice of Free Indonesia di Jakarta tahun 1947.(Bakker, 1999:21)
Hal itu telah membuktikan bahwa perjuangan bangsa ini tidak terlepas dari peran karya sastra sebagai corong perjuangan bangsa ini.Tidak dapat dibantah lagi bahwa surat kabar berperan dalam memasyarakatkan sastra secara umum. Di negeri Cina, tokoh sastra Lim Kim Hok dianggap sebagai orang yang berjasa menaikkan derajat bahasa Melayu Tionghoa menjadi bahasa sastra karena kesastraan Melayu Tionghoa di awal abad ke-20 semula dianggap hanya karya bahasa murahan akhirnya melalui media masa koran pada waktu itu menjadi karya bahasa terhormat.
Fungsi utama sebagai penyampai berita aktual, surat kabar juga berfungsi memberikan informasi tentang perkembangan budaya, teknologi, pendidikan, politik, dan termasuk di dalamnya perkembangan sastra sebagai hasil budaya.(Anonim, 2004 : !0)
Begitu penting kehadiran sastra dalam masyarakat, mengharuskan perlunya membangun komitmen dasar tentang kesastraan. Untuk menjalin komunikasi antara masyarakat, karya sastra, dan sastrawan banyak cara yang bisa ditempuh. Tanggung jawab untuk memasyarakatkan sastra sebenarnya tidak hanya tertumpu di pihak pemerintah, tetapi media cetak, dan masyarakat juga harus berperan untuk melestarikannya.
Donny Gahral dalm artikelnya Manusia Multi-Dimensi di Keseharian yang dimuat dalam Kompas Edisi Sabtu 14 April 2007 menyatakan bahwa melalui pemerintah, sekolah, masyarakat, dan sastrawan bersinergi membangun atmosfer sastra di negeri ini. Sehingga tujuan ideal yang mungkin dapat dicapai, ke depan karya sastra dapat disejajarkan dengan karya iptek, karya sastra berpotensi melahirkan pesan-pesan kultural dari kebekuan rutinitas sehari-hari. Lewat sastra, budaya dari setiap individu juga akan terbangun secara mantap. (Andika. 2005 :10)
Peran media cetak dalam memasyarakatkan sastra, dengan format sajian liputan cerpen, puisi, dan esai sastra ternyata berpengaruh terhadap pertumbuhan komunitas-komunitas sastra di masyarakat.(Anonim, 2008 :4) Karena peranannya terutama di masa perjuangan mampu mengobarkan semangat juang dan mengenalkan para tokoh sastrawan di republik ini, maka media cetak pantas mendapatkan penghargaan dari masyarakat. Karya sastra melalui media cetak semoga masih tetap diminati oleh sebagian banyak orang serta sastra tidak menjadi terkungkung dalam dunianya sendiri


Tantangan dan hambatan dalam upaya menjadikan sastra sebagai media pengembangan budaya dan peradaban Indonesia

Zaman dulu ketika teknologi tak secanggih sekarang, Indonesia justru memiliki karya yang amat berarti bagi sastra dunia. Lihat saja karya-karya Pujangga Lama, serat-serat, sajak-sajak Islam, I La Galigo, hingga puisi-puisi Jawa.(Aswad, 2007: 5)
Saat ini peran sastra Indonesia teramat minor, nyaris tak punya arti yang signifikan, bahkan di tingkat regional. Sastra Indonesia saat ini hanya mampu berbicara di negara-negara yang menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantarnya.
a. Kurangnya minat baca pada masyarakat
Karena budaya baca yang masih rendah, Human Development Index Indonesia berada pada peringkat ke-107 dari 177 negara. Membaca buku, budaya membaca, masih merupakan sesuatu yang harus kita picu dan pacu agar Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara maju,yang mengesankan tidak saja menjelajah semesta, tetapi juga telah memberikan sumbangsih guna membangun karakter bangsa, sesuatu yang masih diperlukan bangsa ini. Hal ini makin diperkuat dengan masih cukup tingginya angka buta huruf di klangan masyrakat bawah. (Sujeno, 1992 :12)
• Manajemen penerbitan yang monoton
Di tengah-tengah kemajuan teknologi, dan perkembangan jalur informasi yang memungkinkan sastra disampaikan dalam medium yang amat beragam, sastra di Indonesia masih menekankan semata pada cara “lama.” Yaitu percetakan. “Kurangnya penguasaan terhadap jalur-jalur lain semisal e-book, membuat sastra Indonesia tak berkembang sebagaimana mestinya.
• Sedikitnya pengarang Indonesia yang menggunakan bahasa-bahasa internasional sebagai medium ekspresi mereka dalam mengankat budaya bangsa ke tingkat internasional
Kebanyakan sastra kita masih semata mengandalkan bahasa lokal. Penerjemahan karya sastra Indonesia ke dalam bahasa asing yang minim juga menjadi penyebab gaung sastra Indonesia yang kurang terdengar. Dibandingkan dengan masa 60-an dan 70-an, penerjemahan karya sastra Indonesia ke bahasa asing, saat ini amat berkurang.(Suryadi, 2008: 2)
“Dibandingkan dengan negara Asia saja, semisal Jepang, Indonesia termasuk amat ketinggalan. Jepang dengan amat aktif menghadirkan karya-karya sastra karya anak negeri mereka dengan menerjemahkannya ke dalam bahasa dunia”, tutur Putu Wijaya dalam sebuah artikelnya (2007 :4)
Di mata dunia, nama sastrawan Indonesia yang tak terlalu asing masih bisa dihitung dengan jari, Pramoedya Ananta Toer salah satunya. Lewat jasa seorang penerjemah berkebangsaan Australia bernama Max Lane, karya-karya Pramoedya Tetralogi Pulau Buru, Nyanyi Sunyi Seorang Bisu, Perburuan, Cerita dari Jakarta dan masih banyak lagi, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Pramoedya mendunia karena membawakan nilai-nilai universal yang terkandung di dalamnya. Sayangnya di luar Pram, belum ada karya anak bangsa lain yang mendapatkan pengakuan luas secara internasional.(Dewantara, 1994: 156).
Hal ini amat bertolak belakang dengan Jepang yang sudah sejak lama aktif menerjemahkan karya-karya yang dianggap kanon. Selain itu masyarakat Jepang juga aktif menerjemahkan karya sastra asing ke dalam bahasa Jepang. Penerjemahan yang berkembang baik inilah yang membuat warga dunia cukup akrab dengan karya-karya sastra Jepang. Nama-nama semisal Akutagawa Ryonusuke, Abe Kobo, Natsume Soseki. Atau yang terkontemporer dari negeri matahari terbit ini, pengarang Haruki Murakami dengan karya-karya Norwegian Wood, Kafka On The Shore, Dance, Dance, Dance, dan masih banyak lagi.
Penerjemahan karya-karya memiliki peran yang amat penting memperkenalkan kebudayaan Indonesia di mata dunia. Memperkenalkan karya sastra kita ke kancah internasional akan membantu sinergi dalam bidang-bidang lainnya. Selain sebagai sebuah bentuk diplomasi budaya, juga membantu mengubah stereotipe. Sekaligus mengubah kesalahan cara pandang dunia luar terhadap Indonesia (Sarjono, 1999: 11).
Namun kondisi ini bukannya tanpa harapan, karya pengarang Ayu Utami dan Gus tf Sakai sebagai beberapa contoh yang akan cukup kuat untuk memberikan warna “Indonesia” kepada sastra dunia. Selama para sastrawan bisa mulai berpikir dengan cara yang lebih global. Berpikir global tapi berperilaku lokal istilahnya (Imran, 2008 : 4). Kondisi ini bukan berarti bahwa karya sastra Indonesia tak mampu bersaing di dunia internasional, selain karya dua penulis tadi, cukup banyak karya anak bangsa yang memiliki muatan yang amat layak untuk diketengahkan ke dunia internasional.
Maka, sudah menjadi tugas kita semua bagaimana berusaha menjadikan sastra sebagai media yang dapat digunakan sebagai pengontrol perkembangan budaya dan perdaban Indonesia, bukan hanya untuk sekarang tapi juga demi masa depan bangsa yang lebih cerah, dapat memfilter budaya asing yang masuk serta tetap mempertahankan aspek-aspek luhur yang terkandung di dalamnya, dan jelas ini bukan tugas baigi mendiknas atau sastrawan saja, namun seluruh elemen bangsa yang masih mempunyai kepedulian akan nasib bangsa ini ke depannya.




DAFTAR PUSTAKA
Adian, Donny Gahral. Manusia Multi-Dimensi di Keseharian. Dalam Kompas Edisi Sabtu 14 April 2007. Jakarta: Kompas Media Nusantara
Andika.2005. Sastra dan budaya.
http://www.cybersastra.net/peranan_sastra_dalam-budaya/htm
Anonim.2004. Budaya Indonesia Saat Ini
http://www.punya_kita.com/pornoaksi_dan_pornografi_dalam_perdaban-kita.htm
Anonim. 2006. Pemberdayaan Masyarakat Adat
http://www.sumpahpalapa.com/pemberdayaan_masyarakat-adat.html
Anonim.2007. Islam Indonesia dan Krisis Peradaban.
http://www.inilah-kita.com/isalam_indonesia_dan_krisis_peradaban.htm
Anonim. 2008. Budaya Modern dan Tradisional
http://us.click.com/budaya _modern-dan-spritualisasi.html
Bakker, JWM. 1999. Filsafat Kebudayaan, Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kansius
Dewantara, Ki Hajar. 1994. Kebudayaan. Yogyakarta: Taman Siswa
Handayana, Maman. panorama sastra Indonesia. Dalam Riau Pos edisi 29 Desember 2008. Pekanbaru : Riau Pos
Imran, Ahda. 2008. Sastra Indonesia di mata Dunia
http://duniasastra.com/sastra_indonesia_di_mata_dunia.html
Sarjono. Agus R. 1999. Pembebasan Budaya-Budaya Kita. Jakarta: Gramedia
Sayyid. 2008. Hakikat dan Fungsi Sastra
http://www.dunia-sastra.com/pengertian,fungsi_dan_hakikat_sastra/html
Suhendra, Aswad. 2007. Tantangan Budaya barat
http://www.geocities.com/tantangan_budaya_barat/CIPTA.html
Sundiawan, Awan. 2007. Perkembangan Sastra Indonesia
http://www.worldpress.com/perkembangan_sastra_indonesia/html
Suryadi, Nanang. 2008. Beberpa permasalahan Kritik sastra Indonesia
http://www.duniasastra.com/permasalahan_kritik-sastra_indonesia.html
Suseno, Franz Magnis. 1992. Filsafat Kebudayaan Politik. Jakarta: GRAMEDIA
Wijaya, Putu. 2006. Dunia Sastra Indonesia.
http://putuwijaya-worldpress.com/media-dunia_sastra.html

REGULASI INSULIN DAN GLUKAGON DALAM SINTESIS DAN PEROMBAKAN GLIKOGEN yoza Fitriadi

TUGAS BIOKIMIA II

REGULASI INSULIN DAN GLUKAGON
DALAM SINTESIS DAN PEROMBAKAN GLIKOGEN







OLEH :

SETIADI RAMDANI / A1F007008
YOZA FITRIADI / A1F007010
AGUS WAHYUDI / A1F007011
HERINA YUNI UTAMI / A1F007019
PEBLEGI ZURYATIN / A1F007028
RESTI WULANDARI / A1F007030
RIDHA MEIFRIDHA /A1F007031
SAPDIAN ADINATA / A1F007033
SHERLY WINDA RIYANI / A1F007034
SILVIA SYEPTIANI / A1F007038
VOVY VOESVITA SARI / A1F007039
LIZA UTAMI / A1F0060031
MAFTUKHATI AZIZAH / A1F006033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2010
REGULASI INSULIN DAN GLUKAGON
DALAM SINTESIS DAN PEROMBAKAN GLIKOGEN


A. Sintesis Glikogen (Glikogenesis)
Tahap pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan glukosa (glikolisis) menjadi piruvat. Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Akhirnya asetil KoA masuk ke dalam rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi energi. Proses ini terjadi jika kita membutuhkan energi untuk aktifitas, misalnya berpikir, mencerna makanan, bekerja dan sebagainya.
Jika kita memiliki glukosa melampaui kebutuhan energi, maka kelebihan glukosa yang ada akan disimpan dalam bentuk glikogen. Proses anabolisme ini dinamakan glikogenesis. Jadi, glikogenesis adalah proses anabolisme glikogen dari glukosa terutama terjadi di hati dan otot yang bertujuan untuk menambah simpanan glikogen dalam tubuh sebagai cadangan makanan jangka pendek.
Glikogen merupakan bentuk simpanan karbohidrat yang utama di dalam tubuh dan analog dengan amilum pada tumbuhan. Unsur ini terutama terdapat didalam hati (sampai 6%), otot jarang melampaui jumlah 1%. Glikogen otot berfungsi sebagai sumber heksosa yang tersedia dengan mudah untuk proses glikolisis di dalam otot itu sendiri. Sedangkan glikogen hati sangat berhubungan dengan simpanan dan pengiriman heksosa keluar untuk mempertahankan kadar glukosa darah, khususnya pada saat di antara waktu makan. Setelah 12-18 jam puasa, hampir semua simpanan glikogen hati terkuras habis. Tetapi glikogen otot hanya terkuras secara bermakna setelah seseorang melakukan olahraga yang berat dan lama.

Rangkaian proses terjadinya glikogenesis digambarkan sebagai berikut:
1. Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi yang lazim terjadi juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir oleh heksokinase sedangkan di hati oleh glukokinase.

2. Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan bantuan katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan mengalami fosforilasi dan gugus fosfo akan mengambil bagian di dalam reaksi reversible yang intermediatnya adalah glukosa 1,6-bifosfat.
Enz-P + Glukosa 6-fosfat  Enz + Glukosa 1,6-bifosfat  Enz-P + Glukosa 1-fosfat
3. Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk membentuk uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh enzim UDPGlc pirofosforilase.
UTP + Glukosa 1-fosfat  UDPGlc + PPi








Uridin difosfat glukosa (UDPGlc) (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)








































Lintasan glikogenesis dan glikogenolisis (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)





Tahap-tahap perangkaian glukosa demi glukosa digambarkan pada bagan berikut:













Biosintesis glikogen (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)

Tampak bahwa setiap penambahan 1 glukosa pada glikogen dikatalisir oleh enzim glikogen sintase. Sekelompok glukosa dalam rangkaian linier dapat putus dari glikogen induknya dan berpindah tempat untuk membentuk cabang. Enzim yang berperan dalam tahap ini adalah enzim pembentuk cabang (branching enzyme).

B. Proses Pemecahan Glikogen (Glikogenolisis)
Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus dipecah untuk mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan glikogenolisis. Jadi, glikogenolisis adalah proses katabolisme glikogen menjadi glukosa yang terjadi di hati sedangkan pada otot menjadi adam piruvat dan asam laktat.
Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis, akan tetapi sebenarnya tidak demikian, proses ini memiliki lintasan terpisah. Untuk memutuskan ikatan glukosa satu demi satu dari glikogen diperlukan enzim fosforilase. Enzim ini spesifik untuk proses fosforolisis rangkaian 14 glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat. Residu glukosil terminal pada rantai paling luar molekul glikogen dibuang secara berurutan sampai kurang lebih ada 4 buah residu glukosa yang tersisa pada tiap sisi cabang 16.
(C6)n + Pi  (C6)n-1 + Glukosa 1-fosfat
Glikogen Glikogen
Glukan transferase dibutuhkan sebagai katalisator pemindahan unit trisakarida dari satu cabang ke cabang lainnya sehingga membuat titik cabang 16 terpajan. Hidrolisis ikatan 16 memerlukan kerja enzim enzim pemutus cabang (debranching enzyme) yang spesifik. Dengan pemutusan cabang tersebut, maka kerja enzim fosforilase selanjutnya dapat berlangsung.








Tahap-tahap glikogenolisis (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)

C. Regulasi Gulah Darah (Pengaturan Kadar Gula Darah / KGD)
Dalam tubuh harus terjadi homeostasis kadar glukosa, yaitu keseimbangan antara katabolisme dan anabolisme glukosa dalam darah. Regulasi glukosa dalam darah dijalankan oleh hormon metabolik, hormon yang utama yaitu hormon insulin dan glukagon.
a. Hormon Insulin
Hormon insulin dihasilkan oleh sel – sel β langerhans pada pankreas. Harmon insulin berfungsi untuk meningkatkan glikogenesis dan menghambat glikogenolisis. Terjadinya peristiwa glikogenesis berarti terjadi pengurangan glukosa yang diambil untuk sintesis glikogen, yang juga berarti menurunkan kadar glukosa dalam darah. Yang menghambat sekresi insulin adalah hormon epinefrin dan hormon nor epinefrin. Sedangkan yang mendorong sekresi insulin yaitu asam amino, asam lemak bebas, benda keton, glukagon, sekretin, sulfonil, urea, tulbotamid dan gliburit.
Maka bila kadar insulin dalam tubuh berlebih akan terjadi hipoglikemia (kekurangan gula darah). Sedangkan apabila kadar glukosa berlebih (dalam keadaan hiperglikemia) insulin diproduksi.
b. Hormon Glukagon
Hormon glukagon diproduksi oleh sel-sel α langerhans pangkreas. Hormon glukagon memiliki fungsi yang sebaliknya dengan insulin yaitu menaikkan glukosa dalam darah dengan meningkatkan glikogenolisis dengan cara menstimulir glikogen fosforilase dan menekan glikogen sintase yang menyebabkan terlepasnya glikogen dalam hati. Maka bila kelebihan glukagon tubuh akan mengalami hiperglikemia. Sedangkan apabila tubuh mengalami hipoglikemia glukagon diproduksi.
Dalam keadaan stress ada hormon lain yang juga membantu menaikkan kadar glukosa dalam darah, yaitu hormon epinefrin (adrenalin) yang merangsang pembebasan glukosa dari glikogen. Hormon ini membantu tubuh kita untuk berkelahi dan berlari dalam keadaan darurat.






















Kontrol Metabolisme Glikogen

Peranan Bioteknologi Terhadap pembangunan Bangsa Yoza Fitriadi

Peranan Bioteknologi Terhadap pembangunan Bangsa

Oleh Yoza Fitriadi

Dampak Positif dan Dampak Negatif Bioteknologi
Sekarang ini, ilmu biologi telah menjelma sebagai ilmu sentral yang menjadi penghubung dari semua ilmu alam dan merupakan persimpangan tersibuk yang mempertemukan ilmu alam, humaniora dan ilmu sosial. Ini karena pesatnya perkembangan ilmu Biologi. Perkembangan ilmu biologi ini jika dimanfaatkan dengan baik dan untuk tujuan kesejahteraan manusia, akan mendatangkan dampak positif yang begitu besar.
a. Dampak positif
Keanekaragaman hayati merupakan modal utama sumber gen untuk keperluan rekayasa genetik dalam perkembangan dan perkembangan industri bioteknologi. Baik donor maupun penerima (resipien) gen dapat terdiri atas virus, bakteri, jamur, lumut, tumbuhan, hewan, juga manusia. Pemilihan donor / resipien gen bergantung pada jenis produk yang dikehendaki dan nilai ekonomis suatu produk yang dapat dikembangkan menjadi komoditis bisnis. Oleh karena itu, kegiatan bioteknologi dengan menggunakan rekayasa genetik menjadi tidak terbatas dan membutuhkan suatu kajian sains baru yang mendasar dan sistematik yang berhubungan dengan kepentingan dan kebutuhan manusi ; Kegiatan tersebut disebut sebagai bioprespecting.
Adapun dampak positif bioteknologi, yaitu :
1. Membantu dalam menemukan dan mengembangkan bahan kebutuhan pokok manusia, seperti bahan makanan, pakaian, peralatan dan perumahan serta energi.
2. Menemukan berbagai penyebab dan pengobatan berbagai macam penyakit, baik pada manusia hewan, maupun tumbuhan
3. Penemuan bibit unggul, baik hewan ternak maupun tanaman pertanian yang membantu menyelesaikan masalah pangan.
4. Menyingkap rahasia proses-proses kehidupan, pewarisan sifat, dan gen sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari.
5. Mengkaji dan melestarikan seluk beluk lingkungan lebih dalam dengan tujuan untuk kelestarian kehidupan.
6. Pengolahan limbah rumah tangga dan industri yang lebih ramah lingkungan dengan menggunakan organisme pengolah limbah yang telah ditemukan.

b. Dampak Negatif
Bioteknologi, seperti juga lain, mengandung resiko akan dampak negatif. Timbulnya dampak yang merugikan terhadap keanekaragaman hayati disebabkan oleh potensi terjadinya aliran gen ketanaman sekarabat atau kerabat dekat. Di bidang kesehatan manusia terdapat kemungkinan produk gen asing, seperti, gen cry dari bacillus thuringiensis maupun bacillus sphaeericus, dapat menimbulkan reaksi alergi pada tubuh mausia, perlu di cermati pula bahwa insersi ( penyisipan ) gen asing ke genom inang dapat menimbulkan interaksi antar gen asing dan inang produk bahan pertanian dan kimia yang menggunakan bioteknologi.
Dampak lain yang dapat ditimbulkan oleh bioteknologi adalah persaingan internasional dalam perdagangan dan pemasaran produk bioteknologi. Persaingan tersebut dapat menimbulkan ketidakadilan bagi negara berkembang karena belum memiliki teknologi yang maju, Kesenjangan teknologi yang sangat jauh tersebut disebabkan karena bioteknologi modern sangat mahal sehingga sulit dikembangkan oleh negara berkembang. Ketidakadilan, misalnya, sangat terasa dalam produk pertanian transgenik yang sangat merugikan bagi agraris berkembang. Hak paten yang dimiliki produsen organisme transgenik juga semakin menambah dominasi negara maju. Tetapi, tidak sedikit pula orang yang menyalahgunakan perkembangan ilmu biologi ini sehingga menimbulkan dampak negatif.
Adapun beberapa dampak negatif bioteknologi, yaitu :
1. Digunakan untuk senjata biologis. Bakteri dan virus yang mematikan dapat digunakan sebagai senjata biologis untuk memusnahkan manusia.
2. Memunculkan organisme strain jahat. Dengan adanya rekayasa genetika, sifat – sifat makhluk hidup dapat diubah dengan mudah, termasuk menyisipkan gen jahat yang dapat digunakan untuk membunuh atau meneror manusia.
3. Mengganggu keseimbangan lingkungan. Organisme baru hasil rekayasa manusia dikhawatirkan akan dapat memenangkan kompetisi dan menyingkirkan organisme yang telah ada di alam sehingga dapat menimbulkan ketidakseimbangan alam.
4. Pelanggaran hukum dan nilai – nilai masyarakat. Misalnya ada seorang ibu yang hamil dengan teknik bayi tabung yang spermanya berasal dari bank sperma (tidak dari suaminya). Hal ini tentu akan nengaburkan status anak dan menimbulkan permasalahan di lain waktu.
Perdebatan tentang positif untuk mengatasi dampak negatif yang dapat ditimbulkan bioteknologi, antara lain pada tahun 1992 telah disepakati konvensi keanekaragaman Hayati, ( Convetion on Biological Diversity )yang mengikat secara hukum bagi negara-negara yang ikut mendatanginnya . Sebagai tindak lanjut penadatanganan kovensi tersebut, Indonesia telah meratifikasi Undang-Undang No. 5 Tahun 1994. perlu anda ketahui, Negara Amerika Serikat tidak ikut menadatangani konvensi tersebut. Di sepakati Pula Cartegena Protocol on Biosafety ( Protokol Cartegena tentang pengamanan hayati ). Protokol tersebut menyinggung tentang prosedur transpor produk bioteknologi antara negara untuk mencegah bahaya yang timbul akibat dampak negatif terhadap keanekaragaman hayati. Ekosistem, dan kesehatan manusia. Pengertian klon bioteknologi modern adalah pengadaan sel jasad renik, sel (jaringan), molekul bibit tanaman melalui setek yang banyak dilakukan pada tanaman perenial, antara lain kopi, teh, karet, dan mangga. Perbanyakan bibit dengan teknik kultur jaringan, kultur organ, dan embiogenesis somatik dapat pula diterapkan pada jaringan hewan dan manusia. Tidak seperti pada tumbuhan, kultur pada hewan dan manusia tidak dapat dikembangkan menjadi individu baru.
Secara ringkas, berikut ini beberapa implikasi bioteknologi bagi perkembangan sains dan teknologi serta perubahan lingkungan masyarakat.
a. Bioteknologi dikembangkan melalui pendekatan multidisipliner dalam wacana molekuler. Ilmu-ilmu dasar merupakan tonggak utama pengembangan bioteknologi maupun industri bioteknologi
b. Bioteknologi dengan pemanfaatan teknologi rekayasa genetik memberikan dimensi baru untuk menghasilkan produk yang tidak terbatas.
c. Bioteknologi pengelolahan limbah menghasilkan produk biogas, kompos, dan lumpur aktif.
d. Bioteknologi di bidang kedokteran dapat menghasilkan obat-obatan, antar lain vaksin, antibiotik, antibodi monoklat, dan interferon
e. Bioteknologi dapat meningkatkan variasi dan hasil pertanian melalui kultur jaringan, fiksasi nitrogen pengendalian hama tanaman, dan pemberian hormon tumbuhan.
f. Bioteknologi dapat menghasilkan bahan bakar dengan pengelolahan biommasa menjadi etanol (cair) dan metana (gas)
g. Bioteknologi di bidang industri dapat menghasilkan makanan dan minuman, antara lain pembuatan roti, nata decoco, brem, mentega, yoghurt, tempe, kecap, bir dan anggur

Lapindo tanpa ujung

LAPINDO TANPA UJUNG
2 tahun lebih sudah bencana lumpur Lapindo melanda negeri ini. Sudah selama itu pula jutaan rakyat menderita.tdak hanya karena tempat tinggal mereka yang terenggut secara paksa, belum lagi kerugian materil yang tidak sedikit jumlahnya, bahkan juga menimbulkan dampak psikologis bagi mereka.bahkan beban itu pun kini ikut menjadi beban tanggungan bangsa Indonesia.
Pelanggaran pun terjadi dimana-mana.mulai dari pelanggaran HAM sampai pelanggaran ekolgi pun ikut terjadi.dan sepertinya PT. Lapindo Brantas pun seakan-akan tak tahu apa-apa. Beragam solusi pun mulai diuhasakan para pakar, namun samapai saat ini belum juga menampakkan hasil yang memuaskan. Lantas sebenarnya apa yang terjadi dan bagaimana kita harus menghadapinya.inilah tugas kita bersama.
Asal Mula Lapindo
Banjir Lumpur Panas Sidoarjo/Lapindo, adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 27 Mei 2006. Lokasi semburan lumpur ini berada di Porong, yakni kecamatan di bagian selatan Kabupaten Sidoarjo, sekitar 12 km sebelah selatan kota Sidoarjo. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Gempol (Kabupaten Pasuruan) di sebelah selatan.
Penyebab luapan lumpur ini sampai sekarang masih simpang siur. Ada yang mengatakan bahwa ini adalahh murni karena kesalahan PT. Lapindo. Ada juga yang mengatakan bahwa luapan lumpur panas PT Lapindo Brantas merupakan imbas gempa 6,2 Richter di Yogyakarta. Menurut Wakil Ketua Komisi VII DPR, Sony Keraaf, menyitir jawaban pemerintah. Disebutkan bahwa luapan lumpur terjadi akibat liquid faction pascagempa.
Namun ada juga yang menilai bahwa ini adalah PT Lapindo dinilai tidak lagi melakukan kegiatan eksplorasi, tetapi eksploitasi, lantaran pengeboran sudah mlebihi kedalaman 50 meter.
PT Lapindo Brantas Inc itu sendiri adalah operator dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) – BP Migas yang beroperasi di Blok Brantas, Jawa Timur semenjak tahun 1996. Lapindo Brantas Inc. telah mengoperasikan 20 sumur produksi dari lapangan gas di Wunut dan Carat di wilayah Kerja Blok Brantas.
Hingga sampai saat ini luapan lumpur terus terjadi dengan volume makin hari makin besar sehingga tidak mengherankan jika dilihat dari atas seperti lautan lumpur.
Dampak
Semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar maupun bagi aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Diantaranya :
 Lumpur menggenangi empat belas desa di tiga kecamatan. Semula hanya menggenangi empat desa dengan ketinggian sekitar 6 meter, yang membuat dievakuasinya warga setempat untuk diungsikan serta rusaknya areal pertanian. Luapan lumpur ini juga menggenangi sarana pendidikan dan Markas Koramil Porong. Hingga bulan Agustus 2007, luapan lumpur ini telah menggenangi sejumlah desa/kelurahan di Kecamatan Porong, Jabon, dan Tanggulangin, dengan total warga yang dievakuasi sebanyak lebih dari 8.200 jiwa dan tak 25.000 jiwa mengungsi. Karena tak kurang 10.426 unit rumah terendam lumpur dan 77 unit rumah ibadah terendam lumpur.
 Lahan dan ternak yang tercatat terkena dampak lumpur semakin hari semakin bertambah seiring semakin meluasnya luberan lumpur.
 Sekitar 30 pabrik yang tergenang terpaksa menghentikan aktivitas produksi dan merumahkan ribuan tenaga kerja. Tercatat 1.873 orang tenaga kerja yang terkena dampak lumpur ini.
 Empat kantor pemerintah juga tak berfungsi dan para pegawai juga terancam tak bekerja.
 Tidak berfungsinya sarana pendidikan (SD, SMP), Markas Koramil Porong, serta rusaknya sarana dan prasarana infrastruktur (jaringan listrik dan telepon)
 Rumah/tempat tinggal yang rusak akibat diterjang lumpur dan rusak sebanyak 2.467 unit. Rinciannya: Tempat tinggal ini diantaranya 1.810 (Siring 142, Jatirejo 480, Renokenongo 428, Kedungbendo 590, Besuki 170), sekolah 18 (7 sekolah negeri), kantor 2 (Kantor Koramil dan Kelurahan Jatirejo), pabrik 15, masjid dan musala 15 unit.
 Kerusakan lingkungan terhadap wilayah yang tergenangi, termasuk areal persawahan. Pihak Lapindo melalui Imam P. Agustino, Gene-ral Manager PT Lapindo Brantas, mengaku telah menyisihkan US$ 70 juta (sekitar Rp 665 miliar) untuk dana darurat penanggulangan lumpur.
 Akibat amblesnya permukaan tanah di sekitar semburan lumpur, pipa air milik PDAM Surabaya patah
 Meledaknya pipa gas milik Pertamina akibat penurunan tanah karena tekanan lumpur dan sekitar 2,5 kilometer pipa gas terendam
 Ditutupnya ruas jalan tol Surabaya-Gempol hingga waktu yang tidak ditentukan, dan mengakibatkan kemacetan di jalur-jalur alternatif, yaitu melalui Sidoarjo-Mojosari-Porong dan jalur Waru-tol-Porong.
 Tak kurang 600 hektar lahan terendam.
Kejadian ini telah menyedot anggaran dana yang tidak sedikit.mulai dari ganti rugi lahan masyarakat,pengadaan alat-alat berat sampai untuk dana penanggulangan perluasan luberan lumpur yang memakan dana yang tidak sedikit. Mencapai ratusan milyar rupiah
Tidak hanya PT. lapindo brantas saja yang menanggung beban ini, namun pemerintah pun mulai ikut campur tangan.padahal telah jelas tercantum dalam amar putusan majelis hakim Nomor 384/PDT.G/2006/PN.JKT.PST tanggal 27 November 2007 bahwa, ’semburan lumpur akibat kekurang hati-hatian pengeboran yang dilakukan Lapindo karena belum terpasang casing atau pelindung secara keseluruhan
Sudah lebih dari empat belas desa yang tenggelam akibat luapan lumpur panas PT Lapindo Brantas sejak 29 Mei 2006 yang lalu, diantaranya Desa Jatirejo, Ronokenongo, dan Siring di Kecamatan Porong, serta Desa Kedungbendo di Kecamatan Tanggulangin—nampaknya tidak lama lagi Desa Mindi dan Desa Pejarakan, juga akan ikut tenggelam.sampai januari 2008 Penduduk yang mengungsi sudah berjumlah sekitar 9.789 jiwa karena rumahnya tak dapat dihuni lagi, dan 1.776 buruh kehilangan pekerjaan akibat pabrik-pabrik tempat mereka bekerja terendam. Genangan lumpur sudah mencapai luas total lebih dari 436 ha, merendam 2.467 rumah, 24 pabrik, 18 sekolah, dan lebih dari 360 ha areal pertanian. Kerugian akan bertambah besar lagi, sebab semburan lumpur semakin hari semakin besar, dan belum ada tanda-tanda akan segera berhenti. Pihak Lapindo Brantas telah mengeluarkan anggaran lebih dari Rp 800 miliar, dalam upayanya menghentikan semburan lumpur panas tersebut, namun sampai saat ini belum dapat.
Pada 22 September 2007 terjadi ledakan pipa gas Pertamina di salah satu tanggul penahan lumpur, yang menyebabkan lebih dari 10 orang meninggal dunia. Karena kejadian ini, pemerintah kemudian menetapkan kasus semburan lumpur panas Lapindo sebagai bencana. Dengan status bencana tersebut, berarti pemerintah harus mengeluarkan anggaran untuk melakukan penanggulangan. Hal itu tentu sangat positif, hanya saja kita harus tetap menuntut tanggungjawab penuh PT Lapindo. Jangan sampai pihak Lapindo akan berlepas tangan, dan menyerahkan urusan ini sepenuhnya kepada pihak pemerintah.
Pelanggaran Hukum
Dalam kasus ini, Lapindo Brantas Inc diduga telah melakukan berbagai pelanggaran. Menurut Pengamat Hukum Lingkungan Universitas Airlangga Dr. Suparto Wijoyo ada 12 dosa hukum dalam kasus Lapindo ini. Pertama, lapindo jelas melakukan pelanggaran UU Perindustrian, di mana dalam UU Perindustrian menyatakan setiap aktivitas Industri dilarang mencemarkan dan merusak lingkungan. Kedua, melanggar UU Konservasi, karena telah nyata terjadi kerusakan ekosistem di sana. Ketiga, melanggar UU Lingkungan, dalam kasus ini sudah terjadi pencemaran lingkungan. Keempat, melanggar UU Tata Ruang, karena itu merupakan areal pertanian, kenapa untuk pertambangan. Kelima, melanggar UU Agraria, dimana di dalam setiap orang bertanggungjawab menjaga mutu tanah. Kemudian yang keenam, melanggar UU Kesehatan, ratusan orang sudah kolaps, karena terganggu kesehatannya akibat luapan lumpur gas Lapindo. Ketujuh, melanggar UU Lalu Lintas, akibat peristiwa ini jalur lalu lintas terhambat. Kedelapan, melanggar UU Jalan Tol, di mana akibat luberan lumpur itu, jalan tol sebagai moda transportasi terganggu. Kesembilan, melanggar UU Sumber Daya Air, siapa yang bisa menjamin air disan tidak tercemar. Kesepuluh, melanggar UU Pertambangan. Kesebelas UU Migas, karena intinya aktivitas pertambangan harus berwawasan lingkugan dan yang keduabelas, melanggar UU Terorisme, untuk itu ini harus benar-benar dijadikan momen bergeraknya penegakan hukum terhadap teroris lingkungan.
Kehilangan tempat tinggal, misalnya, itu merupakan pelanggaran terhadap Pasal 28 H (1) UUD 1945, kehilangan pekerjaan diatur oleh Pasal 28 D (2) UUD 1945, dan hilangnya kesempatan mendapat pendidikan adalah pelanggaran terhadap Pasal 28 C UUD 1945.
Kebanyakan pasal yang dilanggar lewat kasus Lapindo, lanjutnya, adalah ketentuan yang tercakup dalam Konvensi Internasional akan Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights/ICESR).
Menurunnya kualitas kesehatan telah diatur pada Pasal 12, kehilangan kesempatan pendidikan diatur dalam Pasal 13, kerusakan sumber daya alam untuk generasi sekarang dan masa depan diatur oleh Pasal 1 (2) dan Pasal 25 ICESCR.
Di Indonesia, hak atas lingkungan hidup yang sehat atau baik pertama kali diperkenalkan lewat UU No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok tentang Lingkungan Hidup, yang kemudian diganti dengan UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Secara eksplisit, hak atas lingkungan hidup yang sehat dan baik di Indonesia diakui sebagai HAM melalui Ketetapan MPR RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia (HAM).
Sementara itu, dalam kasus dugaan pidana kasus semburan lumpur panas PT Lapindo, Polisi telah menetapkan 12 tersangka. Mabes Polri juga sudah melakukan pencekalan terhadap mereka (5/9/2006). Para tersangka itu di antaranya, Manajer Umum PT Lapindo Brantas Imam Pria Agustino, Wakil Presiden Layanan Pengeboran PT Energi Mega Persada Nurohmat Sawolo, dan Direktur Utama PT Medichi Citra Nusa (kontraktor Lapindo) Yenny Nawawi. Namun nasib mereka sampai saat ini masih belum jelas statusnya.
Sudah selayaknya, selain mereka dijerat karena melakukan kejahatan lingkungan, semestinya pula mereka dijerat oleh peraturan mengenai kejahatan terhadap hak asasi manusia (HAM), terutama menyangkut hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya (Hak Ekosob). Indonesia sendiri telah secara resmi meratifikasi Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (International Covenant on Economic, Sosial, and Cultural Rights), tahun 2005.
Pencemaran Lingkungan
Lumpur lapindo ini juga jelas telah merusak ekologi sekitarnya. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia menilai semburan lumpur panas dari areal eksplorasi PT Lapindo meninggalkan dampak ekologis yang dapat dibanding-bandingkan dengan tragedi Buyat di Sulawesi Utara.
Kasus PT Lapindo membuat ratusan warga di sekitar Desa Renokenongo dan Desa Siring, Kecamatan Porong, mengungsi. Beberapa di antaranya masuk rumah sakit akibat kepulan asap putih yang keluar dari pipa gas perusahaan milik Bakrie Group ini.
Menurut Ketua Kampanye Eksekutif Daerah Walhi Jatim, Chairul, asap putih yang keluar dari didihan gas dari pipa bawah tanah milik PT Lapindo mengandung hidrogen sulfida (zat kimia beracun yang berbahaya bagi kesehatan). Gas lain yang teridentifikasi adalah amoniak, nitrit, nitrat, dan fenol.
Investigasi Walhi Jawa Timur menemukan bahwa sehari setelah terjadi blow out pertama, ikan-ikan yang ada di saluran irigasi banyak yang terapung mati. Tanaman yang ada di sekitar lumpur mengering dan mati.
Sumber air (sumur dan sungai) di tiga desa (Siring, Renokenongo, dan Jatirejo) tak dapat lagi dikonsumsi karena telah tercemar. Warnanya berubah kekuning-kuningan (seperti mengandung minyak mentah). masih belum jelas betul potensi bahaya material kimiawi dari area PT Lapindo. Banyak reaksi fisika dan kimia yang terjadi. Unsur yang dulunya tidak ada, seperti chrom, bisa menjadi ada (terdeteksi)
Uji lab dari sampel lumpur yang dilakukan oleh PU/Bina Marga Jatim menunjukkan kandungan fenol yang cukup tinggi. Dan didapati 9 dari10 kandungan fisika dan kimia (yang dijadikan parameter) telah jauh melampaui ambang batas limbah. Sebagai contoh kandungan merkuri (Hg) yang didapati 2,565 mg/liter Hg, padahal ambang batasnya 0,002 mg/liter Hg
Permasalahan penanganan lumpur panas ini menjadi jauh lebih berat akibat semakin membesarnya volume lumpur panas yang disemburkan, dari antara 40,000 m3 sampai 60,000 m3 (Mei-Agustus) menjadi 126,000 m3 per hari, sehingga yang akan dibuang tidak hanya air dari lumpur tersebut, akan tetapi keseluruhan lumpur panas yang menyembur di sekitar sumur Banjar Panji 1.
Solusi Pemecahan Masalah
Beragam solusi mulai ditawarkan bahkan ada yang sudah mulai dijalankan. Diantaranya yaitu :
 Pembuatan tanggul agar mencegah meluasnya luberan lumpur.
Membangun waduk tambahan di sebelah tanggul-tanggul yang ada sekarang. Dengan sedikit upaya untuk menggali lahan ditempat yang akan dijadikan waduk tambahan tersebut agar daya tampungnya menjadi lebih besar. Masalahnya, untuk membebaskan lahan disekitar waduk diperlukan waktu, begitu juga untuk menyiapkan tanggul yang baru, sementara semburan lumpur secara terus menerus, dari hari ke hari, volumenya terus membesar.
 Pembuatan pulau lumpur
 Pembuangan lumpur ke sungai Porong.
Meski banyak mendapat kontroversi berbagai pihak, hal ini agaknya menjadi solusi yang sering dilakukan, sebagai tempat penyimpanan lumpur, Kali Porong ibarat waduk yang telah tersedia, tanpa perlu digali, memiliki potensi volume penampungan lumpur panas yang cukup besar. Dengan kedalaman 10 meter di bagian tengah kali tersebut, bila separuhnya akan diisi lumpur panas Sidoardjo, maka potensi penyimpanan lumpur di Kali Porong sekitar 300,000 m3 setiap kilometernya. Dengan kata lain, kali Porong dapat membantu menyimpan lumpur sekitar 5 juta m3, atau akan memberikan tambahan waktu sampai lima bulan bila volume lumpur yang dipompakan ke Kali Porong tidak melebihi 50,000 m3 per hari. Bila yang akan dialirkan ke Kali Porong adalah keseluruhan lumpur yang menyembur sejak awal Oktober 2006, maka volume lumpur yang akan pindah ke Kali Porong mencapai 10 juta m3 pada bulan Desember 2006. Volume lumpur yang begitu besar membutuhkan frekuensi dan volume penggelontoran air dari Sungai Brantas yang tinggi, dan kegiatan pengerukan dasar sungai yang terus menerus, agar Kali Porong tidak berubah menjadi waduk lumpur. Sedangkan untuk mencegah pengembaraan koloida lumpur Sidoardjo di perairan Selat Madura, diperlukan upaya pengendapan dan stabilisasi lumpur tersebut di kawasan pantai Sidoardjo.
 Memasukkan baja dan beton ke dalam sumber menyemburnya lumpur
Metode insersi untaian bola beton. Namun langkah ini belu juga mampu menghentikan luberan lumpur.
 Menggunakan insersi ascending size atau menaikkan skala bongkahan batuan beku.
Menurut Dr M. Nurhuda, Kaprodi Fisika FMIPA Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang, secara perlahan, ukuran bongkahan dinaikkan sambil tetap mengamati apakah terjadi penurunan debit semburan atau tidak. Jika tidak terjadi penurunan, berarti batuan yang dimasukkan hilang dan masuk ke bawah lumpur.
Tapi, jika terjadi penurunan, berarti bongkahan batuan tersangkut dalam lubang semburan. “Ketika tahap awal selesai, bisa dilakukan insersi tahap kedua dengan ukuran diameter 50 cm, tahap ketiga berdiameter 60 cm, dan seterusnya. Kemungkinan ukuran bongkahan batuan tersebut bisa mencapai satu meter
Secara keseluruhan beragam cara dan solusi telah dicetuskan dan ditawakan.bahkan sebahagian besar telah dilaksanakan, namun hasil yang diharapkan masih belum tercapai secara optimal entah sampai kapan lagi kasus ini akan terus berjalan. Satu per satu tanggul penahan lumpur mulai jebol, keadaan ini semakin diperparah dengan mulai munculnya semburan baru yang lokasinya mulai menyebar ke luar Porong, akan tetapi pihak Lapindo Brantas yang mulai beralih kepemilikan ke Bakrie Group dengan Abu Rizal Bakrie sebagai rajanya belum terlalu berbuat banyak untuk masalah ini. Uang Negara pun sudah tak terhitung jumlahnya untuk masalah ini. Bahkan masalah ini sempat dinyatakan sebagai musibah nasional. Entah sampai kapanbencana ini akan berakhir, Wallahu A’lam Bishshowab

TUGAS DASAR-DASAR PENDIDIKAN MIPA “KENALKAN MIPA SEJAK DINI” OLEH : NAMA : YOZA FITRIADI

TUGAS
DASAR-DASAR PENDIDIKAN MIPA
“KENALKAN MIPA SEJAK DINI”










OLEH :
NAMA : YOZA FITRIADI
NPM : A1F007010
PRODY : PENIDIDIKAN KIMIA
DOSEN : DEWI HANDAYANI S.Pd




PROGRAM STUDY PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2008


INTRODUCING MIPA FROM EARLY

Mathematics and Natural Science lesson (MIPA) don’t forever be specter for elementary school student. Many spectacular things offered.
Factuality, as many as 90 elementary school students from Menur Perumpungan elementary school, Yapita elementary school, Mabadiul Ulum elementary school, Raden Patah Islamic elementary school, and Klampis Ngasem 1 elementary school is conscious and enthusiastic follow an activity have a topic “Science for Kids” is organized at march 11, 2008 in ITS university head office, Surabaya.
This moment, this elementary school student is presented any application from Mathematics and natural science lesson in factual life. They are the trick served in magic performance with scientific explanation, video presentation about resonance, physical expansion and the electric. And very enthusiastic when they given explanation about statistics, is impressed difficult and damage can be easy, simple and happy when extended with game and quiz.
Up till now, Mathematics and natural science lesson still be an opinion as frighten lesson for elementary school student. Whereas, the opinion of the third dean assistant of Mathematics and natural science faculty of ITS Surabaya, Banding Suryawijaya, Mathematics and natural science lesson can be more understanding by child although.

Angket DISIPLIN SEKOLAH Yoza Fitriadi

Angket DISIPLIN SEKOLAH

Yoza Fitriadi


1. Pengertian Disiplin
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari aktivitas atau kegiatan, kadang kegiatan itu kita lakukan dengan tepat waktu tapi kadang juga tidak. Kegiatan yang kita laksanakan secara tepat waktu dan dilaksanakan secara kontinyu, maka akan menimbulkan suatu kebiasaan. Kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan secara teratur dan tepat waktulah yang biasanya disebut disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Disiplin diperlukan di manapun, karena dengan disiplin akan tercipta kehidupan yang teratur dan tertata. Untuk lebih memahami tentang disiplin, berikut akan diuraikan pengertian disiplin dari beberapa ahli.
a) Menurut Lembaga Ketahanan Nasional Indonesia (Lemhanas) (1997:12) disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang tunduk kepada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku.
b) Menurut Prijodarminto (1994) dalam Tu’u (2004:31) disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan berbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan keterikatan.
c) Menurut Maman Rachman (1999) dalam Tu’u (2004:32) menyatakan disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya.
d) Gordon (1996:3-4) membedakan kata disiplin dengan mendisiplin. Disiplin biasanya diartikan sebagai perilaku dan tata tertib yang sesuai dengan peraturan dan ketetapan, atau perilaku yang diperoleh dari pelatihan, seperti disiplin dalam kelas atau disiplin dalam tim bola basket yang baik. Sedangkan kata mendisiplin didefinisikan sebagai menciptakan keadaan tertib dan patuh dengan pelatihan dan pengawasan dan menghukum atau mengenakan denda, membetulkan, menghukum demi kebiasaan.
Dari uraian pengertian disiplin di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud disiplin adalah perilaku seseorang yang sesuai dengan tata tertib atau aturan yang berlaku baik yang muncul dari kesadaran dirinya maupun karena adanya sanksi atau hukuman.

2. Pengertian Disiplin Belajar
Dari pengertian disiplin dan pengertian belajar di atas maka yang dimaksud disiplin belajar dalam penelitian ini adalah sikap atau tingkahlaku siswa yang taat dan patuh untuk dapat menjalankan kewajibannya untuk belajar, baik belajar di sekolah maupun belajar di rumah. Indikator disiplin belajar dalam penelitian ini adalah: ketaatan terhadap tata tertib sekolah, ketaatan terhadap kegiatan belajar di sekolah, ketaatan dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran, dan ketaatan terhadap kegiatan belajar di rumah.

3. Perlunya Disiplin
Disiplin diperlukan oleh siapapun dan di manapun, begitupun seorang siswa dia harus disiplin baik itu disiplin dalam menaati tata tertib sekolah, disiplin dalam belajar di sekolah, disiplin dalam mengerjakan tugas, maupun disiplin dalam belajar di rumah, sehingga akan dicapai hasil belajar yang optimal. Disiplin berperan penting dalam membentuk individu yang berciri keunggulam. Menurut Tu’u (2004:37) disiplin penting karena alasan berikut ini:
a. Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya siswa yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah pada umumnya terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya
b. Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif disiplin memberi dukungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran
c. Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-anak dibiasakan dengan norma norma, nilai kehidupan, dan disiplin. Dengan demikian anak-anak dapat menjadi individu yang tertib, teratur, dan disiplin.
d. Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja.
Kesadaran pentingnya norma, aturan, kepatuhan, dan ketaatan merupakan prasarat kesuksesan seseorang Sedangkan menurut Maman Rachman (1999) dalam Tu’u (2004:35) pentingnya disiplin bagi para siswa adalah sebagai berikut:
a. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang
b. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan
c. Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukan peserta didik terhadap lingkunganya
d. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu lainnya
e. Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah
f. Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar
g. Peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat baginya dan lingkungannya
h. Kebiasaan baik itu menyebabkan ketenangan jiwanya dan lingkungannya
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin yang tumbuh secara sadar akan membentuk sikap, perilaku, dan tata kehidupan yang teratur yang akan menjadikan siswa sukses dalam belajar.

4. Fungsi Disiplin
Fungsi disiplin sangat penting untuk ditanamkan pada siswa, sehingga siswa menjadi sadar bahwa dengan disiplin akan tercapai hasilbelajar yang optimal. Fungsi disiplin menurut Tu’u (2004:38-44) adalahsebagai berikut:
a. Menata kehidupan bersama
Manusia merupakan mahluk sosial. Manusia tidak akan bisa hidup tanpa batuan orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat sering terjadi pertikaian antara sesama orang yang disebabkan karena benturan kepentingan, karena manusia selain sebagai mahluk sosial ia juga sebagai mahluk individu yang tidak lepas dari sifat egonya, sehingga kadangkadang di masyarakat terjadi benturan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan bersama. Di sinilah pentingnya disiplin untuk mengaur tata kehidupan manusia dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Sehingga kehidupan bermasyarakat akan tentram dan teratur.
b. Membangun kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan sifat, tingkah laku yang khas yang dimiliki oleh seseorang. Antara orang yang satu dengan orang yang lain mempunyai kepribadian yang berbeda. Lingkungan yang berdisiplin baik sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Apalagi seorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya, tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, dan tentram sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik.
c. Melatih kepribadian yang baik
Kepribadian yang baik selain perlu dibangun sejak dini, juga perlu dilatih karena kepribadian yang baik tidak muncul dengan sendirinya. Kepribadian yang baik perlu dilatih dan dibiasakan, sikap perilaku dan pola kehidupan dan disiplin tidak terbentuk dalam waktu yang singkat, namun melalui suatu proses yang membutuhkan waktu lama.
d. Pemaksaan
Disiplin akan tercipta dengan kesadaran seseorang untuk mematuhi semua ketentuan, peraturan, dan noma yang berlaku dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab. Disiplin dengan motif kesadaran diri lebih baik dan kuat. Dangan melakukan kepatuhan dan ketaatan atas kesadaran diri bermanfaat bagi kebaikan dan kemajuan diri. Sebaliknya disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. Misalnya, ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah yang berdisiplin baik, maka ia terpaksa harus menaati dan mematuhi tata tertib yang ada di sekolah tersebut.
e. Hukuman
Dalam suatu sekolah tentunya ada aturan atau tata tertib. Tata tertib ini berisi hal-hal yang positif dan harus dilakukan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Hukuman berperan sangat penting karena dapat memberi motifasi dan kekuatan bagi siswa untuk mematuhi tata tertib dan peraturan-peraturan yang ada, karena tanpa adanya hukuman sangat diragukan siswa akan mematuhi paraturan yang sudah ditentukan.
f. Menciptakan lingkungan yang kondusif
Disiplin di sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses kegiatan pendidikan berjalan lancar. Hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru dan bagi para siswa, serta peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen, dengan demikian diharapkan sekolah akan menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tentram, dan teratur.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Membentuk Disiplin
Perilaku disiplin tidak akan tumbuh dengan sendirinya, melainkan perlu kesadaran diri, latihan, kebiasaan, dan juga adanya hukuman. Bagi siswa disiplin belajar juga tidak akan tercipta apabila siswa tidak mempunyai kesadaran diri. Siswa akan disiplin dalam belajar apabila siswa sadar akan pentingnya belajar dalam kehidupannya. Penanaman disiplin perlu dimulai sedini mungkin mulai dari dalam lingkungan keluarga. Mulai dari kebiasaan bangun pagi, makan, tidur, dan mandi harus dilakukan secara tepat waktu sehingga anak akan terbiasa melakukan kegiatan itu secara kontinyu. Menurut Tu’u (2004:48-49) mengatakan ada empat faktor dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin yaitu:
a) Kesadaran diri
Sebagai pemahaman diri bahwa disiplin penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi terwujudnya disiplin. Disiplin yang terbentuk atas kesadarn diri akan kuat pengaruhnya dan akan lebih tahan lama dibandingkan dengan disiplin yang terbentuk karena unsur paksaan atau hukuman.
b) Pengikutan dan ketaatan
Sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat.
c) Alat pendidikan
Untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.

d) Hukuman
Seseorang yang taat pada aturan cenderung disebabkan karena dua hal, yang pertama karena adanya kesadarn diri, kemudian yang kedua karena adanya hukuman. Hukuman akan menyadarkan, mengoreksi, dan meluruskan yang salah, sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.
Lebih lanjut Tu’u (2004:49-50) menambahkan masih ada faktorfaktor lain yang berpengaruh dalam pembentukan disiplin yaitu.
a. Teladan
Teladan adalah contoh yang baik yang seharusnya ditiru oleh orang lain. Dalam hal ini siswa lebih mudah meniru apa yang mereka lihat sebagai teladan (orang yang dianggap baik dan patut ditiru) daripada dengan apa yang mereka dengar. Karena itu contoh dan teladan disiplin dari atasan, kepala sekolah dan guru-guru serta penata usaha sangatberpengaruh terhadap disiplin para siswa.
b. Lingkungan berdisiplin
Lingkungan berdisiplin kuat pengaruhnya dalam pembentukan disiplin dibandingkan dengan lingkungan yang belum menerapkan disiplin. Bila berada di lingkungan yang berdisiplin, seseorang akan terbawa oleh lingkungan tersebut.
c. Latihan berdisiplin
Disiplin dapat tercapai dan dibentuk melalui latihan dan kebiasaan. Artinya melakuakn disiplin secara berulang-ulang dan membiasakannya dalam praktik-praktik disiplin sehari-hari. Sedangkan menurut Lemhanas (1997:15) terbentuknya disiplin karena alasan berikut.
a. Disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan, dan diterapkan dalam semua aspek, menerapkan sanksi serta dengan bentuk ganjaran dan hukuman sesuai dengan amal perbuatan para pelaku.
b. Disiplin seseorang adalah produk sosialisasi sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, terutama lingkungan sosial. Oleh karena itu, pembentukan disiplin tunduk pada kaidah-kaidah proses belajar.
c. Dalam membentuk disiplin ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih besar, sehingga mampu mempengaruhi tingkah laku pihak lain karena tingkah laku yang diinginkannya.

6. Indikator Disiplin Belajar
Menurut Arikunto (1990:137) dalam penelitian mengenai kedisiplinnannya membagi tiga macam indikator kedisiplinan, yaitu: 1) perilaku kedisiplinan di dalam kelas, 2) perilaku kedisiplinan di luar kelas di lingkungan sekolah, dan 3) perilaku kedsiplinan di rumah. Tu’u (2004:91) dalam penelitian mengenai disiplin sekolah mengemukakan bahwa indikator yang menunjukan pergeseran/perubahan hasil belajar siswa sebagai kontribusi mengikuti dan menaati peraturan sekolah adalah meliputi: dapat mengatur waktu belajar di rumah, rajin dan teratur belajar, perhatian yang baik saat belajar di kelas, dan ketertiban diri saat belajar di kelas. Sedangkan menurut Syafrudin dalam jurnal Edukasi (2005:80) membagi indikator disiplin belajar menjadi empat macam, yaitu: 1) ketaatan terhadap waktu belajar, 2) ketaatan terhadap tugas-tugas pelajaran, 3) ketaatan terhadap penggunaan fasilitas belajar, dan 4) ketaatan menggunakan waktu datang dan pulang.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini penulis membagi indikator disiplin belajar menjadi empat macam, yaitu:
a. Ketaatan terhadap tata tertib sekolah
b. Ketaatan terhadap kegiatan belajar di sekolah
c. Ketaaatan dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran
d. Ketaatan terhadap kegiatan belajar di rumah






Angket Kedisiplinan Siswa Disekolah
Disiplin sekolah adalah usaha sekolah dalam memelihara prilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk sesuai norma, peraturan dan tata tertip yang berlaku di sekolah. Untuk menilai sejauh mana kedisiplinan siswa disekolah dapat dilihat dari kriteria disiplin sekolah dalam angket berikut :
I. Petunjuk pengisian
1. Bacalah setiap daftar pernyataan dengan teliti
2. Semua jawaban tidak ada yang benar dan yang salah sehingga yang diharapkan adalah jawaban yang sesungguhnya dari anda
3. Beri tanda contreng (√ ) pada salah satu pilihan jawaban yang menurut anda paling tepat dan sesuai dengan kondisi yang ada
4. Ada lima sekala yang digunakan dalam tiap pernyataan yaitu
SL = selalu
SR = sering
J = jarang
JS = jarang sekali
TP = tidak pernah
5. Selamat bekerja
II. Pernyatan
No Pernyataan SL SR J JS TP
A. Pernyataan positif (+)
1 Memakai seragam sekolah
2 Memakai kelengkapan seragam sekolah
3 Datang ke sekolah tepat waktu ( tak pernah terlambat)
4 Masuk ke kelas tepat waktu
5 Mengerjakan tugas dari guru tepat waktu
6 Mengikuti upacara bendera
7 Memberi keterangan saat tidak hadir
8 Meminta izin kepada guru piket ketika ingin meninggalkan sekolah
9 Meminta izin kepada guru mata pelajaran ketika ingin meninggalkan pelajaran
10 Melaksanakan tugas piket dengan penuh tanggung jawab
11 Mambung sampah pada tempatnya
12 Terlibat dalam kegiatan jumat bersih/jumat sehat
13 Membayar SPP tepat waktu
14 Membayar sumbangan lainnya tepat waktu
15 Berbicara sopan pada kepala sekolah, guru, karyawan dan teman
B. Pernyataan negatif (-)
1 Datang terlambat atau tidak tepat waktu
2 Tidak hadir tanpa keterangan
3 Meninggalkan sekolah tanpa izin
4 Tidak mengikuti upacara bendera, tanpa alasan
5 Tidak hadir dalam kegiatan ekstrakulikuler yang dipilihnya
6 Tidak hadir dalam kegiatan pramuka
7 Tidak mengerjakan tugas dari guru
8 Tidak mengikuti kegiatan keagamaan
9 Menyalahgunakan iuran dana komite sekolah dan keuangan sekolah lainnya
10 Bersikap tidak sopan kepada kepala sekolah, guru, karyawan atau siswa lain di lingkunan sekolah
11 Membuat surat izin palsu
12 Makan dikelas pada saat mengikuti pelajaran
13 Meludah di kelas
14 Membawa atau menyulut petasan dan bunyi-bunyian yang lain dilingkungan sekolah
15 Terlibat perkelahian atau tawuran pelajar
16 Membawa bacaan, gambar atau VCD porno
17 Berurusan dengan senjata tajam, minuman keras dan narkoba
18 Membawa dan menghisap rokok dilingkungan sekolah
19 Terlibat dalam pemerasan, pengancaman dan pencurian di lingkungan sekolah
20 Membunag sampah tidak pada tempatnya
21 Terlibat perjudian atau taruhan dan sejenisnya
22 Merusak fasilitas sekolah, mencoret-coret tembok dilingkungan sekolah
23 Membuat gaduh, mengganggu proses KBM atau pada saat upacara
24 Melakukan tindakan asusila
25 Melompat jendela atau pagar sekolah
26 Melawan secara fisik terhadap kepala sekolah, guru dan karyawan
27 Membawa VCD / walkman yang tidak berkaitan dengan pembelajaran
28 Memalsukan tanda tangan
29 Mengganti nilai rapor
30 Menyontek saat ulangan/ujian
31 Memukul, mencederai teman atau orang lain
32 Tidak memakai seragam yang ditentukan sekolah
33 Berpakaian seragam tanpa atribut, tidak lengkap
34 Berpakaian tidak semestinya ( rok terlalu pendek, panjang celana tidak sesuai ketentuan
35 Celana/baju seragam dicoret-coret/disobek/tidak dijahit
36 Bertato, ramput disemir, rambut gondrong
37 Potong rambut gundul
38 Memakai gelang, anting, kalung atau aksesori lainnya ( bagi siswa putra)
39 Memakai perhiasan/ aksesoris/bersolek secara berlebihan, memakai gelang kaki, tintik lebih sepasang ( bagi siswa putri)
40 Meninggalkan pelajaran tanpa izin guru yang bersangkutan
41 Mengotori kelas / lingkungan sekolah
42 Mencemarkan nama baik sekolah
43 Tidak melaksanakan tugas piket
44 Melalaikan tugas jumat bersih/ jumat sehat/ pembinaan wali kelas
45 Lalai mengembalikan barang milik sekolah

Analisis angket
Skala sikap yng digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan selalu (S), sering (SR), jarang (J), jarang sekali (JS), dan tidak pernah ( TP). Skor yang diberikan terhadap pilihan tersebut bergantung pada penilai asal penggunaannya konsisten. Yang jelas, skor untuk pernyataan positif dan pernyataan negatif adalah kebalikannya. (Sudjana, 2006 : 80)
Tabel 1. Pedoman penskoran dan analisis data
Pernyataan Sikap S SR J JS TP
Pernyataan positif 5 4 3 2 1
Pernyataan negatif 1 2 3 4 5

Data Observasi dianalisa dengan menggunakan rumus :
1.
2. Skor tertinggi = Jumlah butir pernyataan X skor tertinggi tiap butir
3.
( Sudjana dalam Yossy Novita, 2001:78)
Skor tertinggi tiap butir observasi 5, sedangkan jumlah butir pernyataan positif 15 dan pernyataan negatif ada 45 , maka skor tertinggi adalah 75 untuk pernyataan positif dan 225 untuk pernyataan negatif, maka;
1. Pernyataan positif

2. Pernyataan negatif

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan skor pengamatan, interval kategori dan kriterianya, seperti yang tertera dalam tabel berikut :
Tabel 3. Interval Kategori Penilaian Lembar Angket
Kategori Skor Interval Kriteria
Pernyataan positif ( + )
Tidak pernah ( TP )
Jarang sekali ( JS )
Jarang ( J )
Sering (SR)
Selalu ( S ) 1
2
3
4
5 1 – 15
16 – 30
31 – 45
46 – 60
61 – 75 Sangat tidak disiplin
Tidak disiplin
Kurang disiplin
Disiplin
Sangat disiplin
Pernyataan negatif ( - )
Tidak pernah ( TP )
Jarang sekali ( JS )
Jarang ( J )
Sering (SR)
Selalu ( S ) 5
4
3
2
1 1 – 45
46 – 90
91 – 135
136 – 180
181 – 225 Sangat disiplin
disiplin
Kurang disiplin
Tidak disiplin
Sangat tidak disiplin

Penglompokan Jenis Sampel Polimer Berdasarkan Monomer Penyusun, Penglompokannya, Penentuan Berat Molekul Dan Proses Polimerisasi Yoza Fitriadi

Penglompokan Jenis Sampel Polimer Berdasarkan Monomer Penyusun, Penglompokannya, Penentuan Berat Molekul Dan Proses Polimerisasi

Yoza Fitriadi

1. Teflon.
Nama Teflon merupakan nama dagang, nama ilmiahnya adalah politetrafluoroetilena dan disingkat dengan PTFE. Polimer dihasilkan dari proses polimerisasi adisi senyawa turunan etilen yaitu tetrafluoroetilena (CF2 = CF2). Teflon sangat tahan terhadap bahan kimia, panas dan sangat licin.
 Penggolongan polimer
• Berdasarkan asalnya
Berdasarkan asalnya teflon termasuk kedalam polimer sintesis(buatan) karena polimer ini tidak terdapat di alam, tetapi disintesis dari monomer-monomernya dalam reaktor.
• Berdasarkan jenis monomernya
Berdasarkan jenis monomernya teflon termasuk polimer dengan monomer homopolimer karena monomernya sejenis yaitu tetrafluoroetilen (CF2 = CF2).
• Berdasarkan sifatnya terhadap panas
Berdasarkan sifatnya terhadap panas teflon termasuk polimer termoseting karena teflon merupakan polimer yang tahan panas. Sebagai buktinya teflon banyak digunakan sebagai pelapis perabotan rumah tangga yang pemakaiannya banyak berhubungan dengan panas.
• Berdasarkan ikatan
Berdasarkan ikatannya teflon termasuk kedalam polimer jaringan karena mempunyai ikatan silang
• Berdasarkan derajat kristalinitas
Berdasarkan derajat kristalinitas teflon termasuk kedalam polimer kristalin karena teflon memiliki struktur yang teratur
• Berdasarkan fabrikasi
Berdasarkan fabrikasi teflon termasuk ke dalam polimer bahan pelapis karena penggunaan teflon sebagai pelapis barang yang tahan panas seperti tangki di pabrik kimia, pelapis panci dan kuali anti lengket di dapur serta pelapis dasar seterika.

 Proses polimerisasi
Dalam Proses pembentukan polimer teflon dilakukan dengan cara adisi. Polimerisasi adisi adalah polimerisasi yang disertai dengan pemutusan ikatan rangkap diikuti oleh adisi monomer (CF2=CF2).

nCF2=CF2 CF2 CF2
n

 Penentuan berat molekul
Hal yang membedakan polimer dengan spesies berat molekul rendah adalah adanya distribusi panjang rantai dan untuk itu derajat polimerisasi dan berat molekular dalam semua polimer yang diketahui juga terdistribusi (kecuali beberapa makromolekul biologis). Distribusi ini dapat digambarkan dengan Mem”plot” berat polimer (BM diberikan) lawan BM, seperti terlihat pada gambar 1.1.
Panjang rantai polimer ditentukan oleh jumlah unit ulangan dalam rantai, yang disebut derajat polimerisasi (DPn). Berat molekular polimer adalah hasil kali berat molekul unit ulangan dan DPn.


Mn = berat molekul rata-rata polimer
M0 = berat molekul unit ulangan ( sama dengan berat molekul monomer)
DP = derajat polimerisasi

Contoh : polimer poli(vinil klorida), PVC memiliki DP = 1000 maka berat molekulnya (Mn) adalah

Mn = DP x M0 M0 (– CH2CHCl - ) = 63, DP = 1000
Mn = 63 x 1000
= 63000.

Rata-rata jumlah,

Jumlah Rata-rata berat,
polimer





Berat molekular
Gambar 1.1 Distribusi berat molekular dari suatu jenis polimer
Karena adanya distribusi dalam sampel polimer, pengukuran eksperimental berat molekular dapat memberikan hanya harga rata-rata. Beberapa rata-rata yang berlainan adalah penting. Untuk contoh, beberapa metoda pengukuran berat molekular perlu perhitungan jumlah molekul dalam massa material yang diketahui. Melalui pengetahuan bilangan Avogadro, informasi ini membimbing ke berat molekul rata-rata jumlah sampel. Untuk polimer sejenis, rata-rata jumlah terletak dekat puncak kurva distribusi berat atau berat molekul paling boleh jadi (the most probable molecular weight). Jika sampel mengandung Ni molekul jenis ke i, untuk jumlah total molekul dan setiap jenis molekul ke i memiliki massa mi, maka massa total semua molekul adalah . Massa molekular rata-rata jumlah adalah

(1-1)

dan perkalian dengan bilangan bilangan Avogadro memberikan berat molekul rata-rata jumlah (berat mol) :

(1-2)

Berat molekular rata-rata jumlah dari polimer komersial biasanya terletak dalam kisaran 10000 – 100000. Setelah berat molekular rata-rata jumlah , berat molekular rata-rata berat . Besaran ini didefinisikan sebagai berikut

(1-3)
Seharusnya dicatat bahwa setiap molekul menyumbang kepada yang sebanding dengan kuadrat massanya. Besaran yang sebanding dengan pangkat pertama dari M mengukur hanya konsentrasi dan bukan berat molekularnya. Dalam istilah konsentrasi ci = Ni Mi dan fraksi berat wi = ci/c, dimana ,

(1-4)

Karena molekul yang lebih berat menyumbang lebih besar kepada daripada yang ringan, selalu lebih besar daripada , kecuali untuk polimer monodispers hipotetik. Harga terpengaruh sekali oleh adanya spesies berat molekul tinggi, sedangkan dipengaruhi oleh spesies pada ujung rendah dari kurva distribusi BM .
Besaran indeks dispersitas, adalah ukuran yang bermanfaat dari lebarnya kurva distribusi berat molekular dan merupakan parameter yang sering digunakan untuk menggambarkan situasi (lebar kurva distribusi) ini. Kisaran harga dalam polimer sintetik sungguh besar, sebagaimana diilustrasikan dalam tabel 1

Tabel 1 Kisaran indeks polidispersitas (I) berbagai macam polimer
Polimer Kisaran I
Polimer monodispers hipotetik
Polimer “living” monodispers nyata
Polimer adisi, terminasi secara coupling
Polimer adisi, terminasi secara disproporsionasi, atau polimer kondensasi

Polimer vinil konversi tinggi

Polimer yang dibuat dengan autoakselerasi
Polimer adisi yang dibuat melalui polimerisasi koordinasi
Polimer bercabang 1,00
1,01 – 1,05
1,5
2,0

2 – 5
5 – 10
8 – 30
20 - 50


Pada umumnya berlaku hal berikut :

 Bila distribusinya sempit maka
 Bila distribusinya lebar maka
 Indeks dispersitas (I)


2. Botol Minuman Dengan Kode Pet 1
Polimer ini mirip dengan polietilen, Monomer pembentuknya adalah propilena (CH3-CH = CH2), berbeda dalam jumlah atom C dengan etilen.Polipropilena lebih kuat dan lebih tahan dari polietilena, sehingga banyak dipakai untuk membuat karung, tali dan sebagainya. Karena lebih kuat, botol-botol dari polipropilena dapat dibuat lebih tipis dari pada polietilena. Botol minuman adalah salah satu contoh polimer propilena yang banyak dipergunakan.

 Penggolongan polimer
• Berdasarkan asalnya
Berdasarkan asalnya botol minuman dengan kode PET 1 berasal dari sintetik / buatan tidak terdapat di alam, disintesis dari monomer-monomer pembentuknya yaitu propilen.
• Berdasarkan jenis monomernya
Berdasarkan jenis monomernya, botol minuman dengan kode PET 1 merupakan homopolimer karena monomernya hanya sejenis yaitu propilena (CH3 – CH = CH2)
• Berdasarkan sifatnya terhadap panas
Berdasarkan sifat terhadap panas,sampel ini tergolong polimer termoplastis karena apabila dipanaskan akan meleleh(80oC) dan mengeras kembali ketika didinginkan. Apabila pecah dapat di sambungkan kembali dengan cara dipenaskan atau dicetak ulang dengan cara pemanasan.
• Berdasarkan ikatan
Berdasarkan ikatannya sampel ini termasuk ke dalam polimer bercabang karena sampel ini lebih mudah meleleh. Rantai poliber yang bercabang banyak akan menyebabkan daya tegangnya rendah dan lebih mudah meleleh.
• Berdasarkan derajat kristalinitas
Berdasarkan derajat kristalinitasnya sampel ini termasuk ke dalam polimer kristalin karena tingkat kepadatannya tinggi
 Proses polimerisasi
Berdasarkan proses pembuatannya sampel ini termasuk ke dalam polimer adisi. Polimerisasi adisi adalah polimerisasi yang disertai dengan pemutusan ikatan rangkap diikuti oleh adisi monomer (CH3- CH2=CH2).

nCH3-CH2=CH2 CH2 CH2
CH3 n

 Penentuan berat molekul
Hal yang membedakan polimer dengan spesies berat molekul rendah adalah adanya distribusi panjang rantai dan untuk itu derajat polimerisasi dan berat molekular dalam semua polimer yang diketahui juga terdistribusi (kecuali beberapa makromolekul biologis). Distribusi ini dapat digambarkan dengan Mem”plot” berat polimer (BM diberikan) lawan BM, seperti terlihat pada gambar 1.
Panjang rantai polimer ditentukan oleh jumlah unit ulangan dalam rantai, yang disebut derajat polimerisasi (DPn). Berat molekular polimer adalah hasil kali berat molekul unit ulangan dan DPn.


Mn = berat molekul rata-rata polimer
M0 = berat molekul unit ulangan ( sama dengan berat molekul monomer)
DP = derajat polimerisasi

Contoh : polimer poli(vinil klorida), PVC memiliki DP = 1000 maka berat molekulnya (Mn) adalah

Mn = DP x M0 M0 (– CH2CHCl - ) = 63, DP = 1000
Mn = 63 x 1000
= 63000.

Rata-rata jumlah,

Jumlah Rata-rata berat,
polimer





Berat molekular
Gambar 1. Distribusi berat molekular dari suatu jenis polimer
Karena adanya distribusi dalam sampel polimer, pengukuran eksperimental berat molekular dapat memberikan hanya harga rata-rata. Beberapa rata-rata yang berlainan adalah penting. Untuk contoh, beberapa metoda pengukuran berat molekular perlu perhitungan jumlah molekul dalam massa material yang diketahui. Melalui pengetahuan bilangan Avogadro, informasi ini membimbing ke berat molekul rata-rata jumlah sampel. Untuk polimer sejenis, rata-rata jumlah terletak dekat puncak kurva distribusi berat atau berat molekul paling boleh jadi (the most probable molecular weight). Jika sampel mengandung Ni molekul jenis ke i, untuk jumlah total molekul dan setiap jenis molekul ke i memiliki massa mi, maka massa total semua molekul adalah . Massa molekular rata-rata jumlah adalah

(1-1)

dan perkalian dengan bilangan bilangan Avogadro memberikan berat molekul rata-rata jumlah (berat mol) :

(1-2)

Berat molekular rata-rata jumlah dari polimer komersial biasanya terletak dalam kisaran 10000 – 100000. Setelah berat molekular rata-rata jumlah , berat molekular rata-rata berat . Besaran ini didefinisikan sebagai berikut

(1-3)
Seharusnya dicatat bahwa setiap molekul menyumbang kepada yang sebanding dengan kuadrat massanya. Besaran yang sebanding dengan pangkat pertama dari M mengukur hanya konsentrasi dan bukan berat molekularnya. Dalam istilah konsentrasi ci = Ni Mi dan fraksi berat wi = ci/c, dimana ,

(1-4)

Karena molekul yang lebih berat menyumbang lebih besar kepada daripada yang ringan, selalu lebih besar daripada , kecuali untuk polimer monodispers hipotetik. Harga terpengaruh sekali oleh adanya spesies berat molekul tinggi, sedangkan dipengaruhi oleh spesies pada ujung rendah dari kurva distribusi BM .
Besaran indeks dispersitas, adalah ukuran yang bermanfaat dari lebarnya kurva distribusi berat molekular dan merupakan parameter yang sering digunakan untuk menggambarkan situasi (lebar kurva distribusi) ini. Kisaran harga dalam polimer sintetik sungguh besar, sebagaimana diilustrasikan dalam tabel 1








Tabel 1 Kisaran indeks polidispersitas (I) berbagai macam polimer
Polimer Kisaran I
Polimer monodispers hipotetik
Polimer “living” monodispers nyata
Polimer adisi, terminasi secara coupling
Polimer adisi, terminasi secara disproporsionasi, atau polimer kondensasi

Polimer vinil konversi tinggi

Polimer yang dibuat dengan autoakselerasi
Polimer adisi yang dibuat melalui polimerisasi koordinasi
Polimer bercabang 1,00
1,01 – 1,05
1,5
2,0

2 – 5
5 – 10
8 – 30
20 - 50


Pada umumnya berlaku hal berikut :

 Bila distribusinya sempit maka
 Bila distribusinya lebar maka
 Indeks dispersitas (I)


3. Kabel.
Kabel merupakan polimer yang dibentuk dari reaksi adisi monomer-monomer etilena(CH2=CH2). Kabel termasuk polietilena dengan kerapatan tinggi, namun masih mudah untuk dibentuk.

 Penggolongan polimer
• Berdasarkan asalnya
Berdasarkan asalnya kabel merupakan polimer sintetik karena polimer ini tidak terdapat di alam.
• Berdasarkan jenis monomernya
Berdasarkan jenis monomernya, kabel termasuk homopolimer karena monomernya terdiri dari monomer yang sejenis yaitu etilena.
• Berdasarkan sifatnya terhadap panas
Berdasarkan sifat terhadap panasnya, kabel termasuk polimer termoplastik karena kabel
• Berdasarkan ikatan
Berdasarkan ikatannya sampel ini termasuk ke dalam polimer linier karena sampel ini lebih mudah tidak mudah meleleh jika dipanaskan(135oC).
• Berdasarkan derajat kristalinitas
Berdasarkan derajat kristalinitasnya kabel termasuk polimer kristalin karena polimer ini memiliki kerapatan yang tinggi

 Proses polimerisasi
Karet terbentuk dari reaksi adisi dari monomer-monomernya(polimerisasi adisi). Polimerisasi adisi adalah polimerisasi yang disertai dengan pemutusan ikatan rangkap diikuti oleh adisi monomer.

nCH2=CH2 ¬CH2-CH2
n

 Penentuan berat molekul
Penentuan berat molekul pada polimer ini menggunakan viskositas. Viskositas merupakan ukuran menyatakan kekentalan suatu larutan polimer. Perbandingan antara visikositas larutan polimer terhadap viskositas pelarut murni dapat dipakai untuk menentukan massa molekul nisbih polimer. Alat yang digunakan yaitu viskositas ostwalt. Keunggulan dari metode ini adalah lebih cepat, lebih mudah, alatnya murah serta perhitungannya lebih sederhana. Prinsip kerjanya sebagai berikut :
1. Yang diukur adalah waktu yang diperlukan pelarut atau larutan polimer untuk mengalir diantara dua tanda yaitu X dan Y
2. Volume cair harus tetap karena ketika cairan mengalir ke bawah melalui pipa kapiler A, cairan harus mendorong cairan naik ke B akibatnya volume cairan berbeda masuk percobaan, maka cairan yang didorong menaiki tabung B akan berubah pula

Dari teori visikositas yang digunakan untuk massa molekul polimer adalah jika viskositas larutan polimer adalah I dan viskositas polimer mrni adalah I0 maka viskositas jenis adalah :

Isp = I - I0 / η0

Persamaan ini menggambarkan peningkatan viskositas yang disebabkan oleh polimer. C adalah konsentrasi larutan polimer secara matematis ditulis :

Lim = Isp / C = [ I ]
C-0

Harga Isp = viskositas tereduksi dan diberi lambang [ I ] untuk pelarut terbatas. Karena massa jenis larutan berbagai larutan yang dipakai hampir sama dengan massa jenis pelarut maka dapat diandaikan viskositas tiapa larutan hasil pengenceran berbanding lurus dengan waktu alirnya.

Isp = t2 - t1 /t1
t1 = waktu alir untuk larutan
t2 = waktu alir untuk pelarut
jika dihitung harga Isp dan Isp/c kemudian diekstrapolasi ke konsentrasi awal (C0) akan menghasilkan harga [ I ]. Dengan demikian
[ I ] = KMA
M= masa molekul relatif polimer
K dan A untuk polimer polietilena yaitu K= 6,1 x 10-2 ,A = 0,70, T(oC) = 135 dan pelarut yang di gunakan yaitu dekalin

4. Wadah pop mie(styrofoam)
Styrofoam atau plastik busa merupakan salah satu jenis plastik dari sekian banyak bahan lainnya. Styrofoam lazim digunakan sebagal bahan pelindung dan penahan getaran barang-barang yang fragile, seperti elektronik. Bahan dasar styrofoam adalah polistiren, suatu jenis plastik yang sangat ringan, kaku, tembus cahaya, dan murah. Namun, bahan tersebut cepat rapuh. .

Polistiren
 Penggolongan polimer
• Berdasarkan asalnya
Berdasarkan asalnya wadah pop mie berasal dari polimer sintetik karena bahan dasarnya tidak terdapat di alam
• Berdasarkan monomernya
Berdasarkan monomernya polistiren termasuk polimer homopolimer karena monomernya sejenis.
• Berdasarkan sifat tahan panas
Berdasarkan sifat tahan panas wadah pop mie( polistiren) termasuk polimer termoplastis. polimer termoplastik yaitu polimer yang akan melunak apabila dipanaskan(75oC) dan dapat dibentuk sesuai pola yang kita inginkan. Setelah dingin polimer ini akan mempertahankan bentuknya yang baru. Proses ini dapat diulang dan dapat diubah menjadi bentuk yang lain.
• Berdasarkan ikatan
Berdasarkan ikatannya polistiren termasuk kedalam polimer bercabang karena polimer yang bercabang banyak daya tegangnya rendah dan lebih mudah meleleh.
• Berdasarkan kristalinasi
Berdasarkan kristalinasi polistiren termasuk polimer amorf karena sifat polistiren bersifat lunak dan dapat dipotong-potong tanpa alat serta mudah meleleh.
• Berdasarkan fabrikasi
Berdasarkan fabrikasi wadah pop mie termasuk plastik karena berbahan dasarnya polistiren yang memiliki ciri-ciri plastik yang mudah meleleh.
 Proses polimerisasi
Polistiren terbentuk dari reaksi adisi dari monomer-monomernya(polimerisasi adisi). Polimerisasi adisi adalah polimerisasi yang disertai dengan pemutusan ikatan rangkap diikuti oleh adisi monomer.
n

 Penentuan berat molekul
Penentuan berat molekul pada polimer ini menggunakan viskositas. Viskositas merupakan ukuran menyatakan kekentalan suatu larutan polimer. Perbandingan antara visikositas larutan polimer terhadap viskositas pelarut murni dapat dipakai untuk menentukan massa molekul nisbih polimer. Alat yang digunakan yaitu viskositas ostwalt. Keunggulan dari metode ini adalah lebih cepat, lebih mudah, alatnya murah serta perhitungannya lebih sederhana. Prinsip kerjanya sebagai berikut :
1. Yang diukur adalah waktu yang diperlukan pelarut atau larutan polimer untuk mengalir diantara dua tanda yaitu X dan Y
2. Volume cair harus tetap karena ketika cairan mengalir ke bawah melalui pipa kapiler A, cairan harus mendorong cairan naik ke B akibatnya volume cairan berbeda masuk percobaan, maka cairan yang didorong menaiki tabung B akan berubah pula

Dari teori visikositas yang digunakan untuk massa molekul polimer adalah jika viskositas larutan polimer adalah I dan viskositas polimer mrni adalah I0 maka viskositas jenis adalah :

Isp = I-I0 / η0

Persamaan ini menggambarkan peningkatan viskositas yang disebabkan oleh polimer. C adalah konsentrasi larutan polimer secara matematis ditulis :

Lim = Isp / C = [ I ]
C-0

Harga Isp = viskositas tereduksi dan diberi lambang [ I ] untuk pelarut terbatas. Karena massa jenis larutan berbagai larutan yang dipakai hampir sama dengan massa jenis pelarut maka dapat diandaikan viskositas tiapa larutan hasil pengenceran berbanding lurus dengan waktu alirnya.

Isp = t2-t1 /t1

t1 = waktu alir untuk larutan
t2 = waktu alir untuk pelarut
jika dihitung harga Isp dan Isp/c kemudian diekstrapolasi ke konsentrasi awal (C0) akan menghasilkan harga [ I ]. Dengan demikian
[ I ] = KMA
M= masa molekul relatif polimer
K dan A untuk polimer polistirena yaitu K= 7,5 x 10-3 ,A = 0,75, T(oC) = 75 dan pelarut yang di gunakan yaitu taulena

TUGAS KIMIA POLIMER DEGRADASI KIMIA OLEH : YOZA FITRIADI (A1F007010)

TUGAS KIMIA POLIMER
DEGRADASI KIMIA









OLEH :
YOZA FITRIADI (A1F007010)
HERINA YUNI UTAMI (A1F007019)
PEBLEGI ZURYATIN (A1F007028)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2009

DEGRADASI KIMIA

A. Pengertian
1. Degradasi
Degradasi adalah suatu reaksi perubahan kimia atau peruraian suatu senyawa atau molekul menjadi senyawa atau molekul yang lebih sederhana secara bertahap. Misalnya, pengurangan panjang polimer makromolekul atau perubahan gula menjadi glukosa dan akhirnya membentuk alcohol.
Degradasi polimer dasarnya berkaitan dengan terjadinya perubahan sifat karena ikatan rantai utama makromolekul. Pada polimer linear, reaksi tersebut mengurangi massa molekul atau panjang rantainya. Sesuai dengan penyebabnya, kerusakan atau degradasi polimer ada beberapa macam. kerusakan termal (panas), fotodegradasi (cahaya), radiasi (energi tinggi), kimia, biologi (biodegradasi) dan mekanis. Dalam artian peningkatan berat ukuran molekul ikat silang dapat dianggap lawan degradasi.
Pada kerusakan termal (termokimia) ada peluang aditif, katalis atau pengotor, turut bereaksi meskipun dari segi istilah seakan-akan tidak ada senyawa lain yang tidak terlibat. Fotodegradasi polimer lazim melibatkan kromofor yang menyerap daerah uv di bawah 400 nanometer. Radiasi energi tinggi misalnya sinar X, gamma, atau partikel, tidak khas serapan. Segenap bagian molekul dapat kena dampak, apabila bila didukung oleh faktor oksigen, aditif, kristalin, atau pelarut tertentu. Degradasi mekanis dapat terjadi saat pemrosesan maupun ketika produk digunakan oleh gaya geser, dampak benturan dan sebagainya.
Degradasi polimer menyebabkan terjadinya perubahan dalam sifat - kekuatan tarik, warna, bentuk, dll - dari suatu polimer atau produk berbasis polimer di bawah pengaruh dari satu atau lebih faktor-faktor lingkungan seperti panas, cahaya atau bahan kimia. Perubahan-perubahan ini biasanya tidak diinginkan, seperti perubahan selama penggunaan, cracking dan depolymerisation produk atau, lebih jarang, diinginkan, seperti dalam biodegradasi atau sengaja menurunkan berat molekul suatu polimer untuk daur ulang. Perubahan dalam sifat sering disebut "penuaan".
Dalam sebuah produk jadi perubahan seperti itu harus dicegah atau ditunda. Namun degradasi dapat berguna untuk daur ulang / penggunaan kembali limbah polimer untuk mencegah atau mengurangi lingkungan pencemaran. Degradasi juga dapat diinduksi dengan sengaja untuk membantu penentuan struktur.
Polimer molekul yang sangat besar (pada skala molekuler), dan mereka yang unik dan berguna terutama properti akibat ukuran mereka. Kerugian dalam panjang rantai menurunkan kekuatan tarik dan merupakan penyebab utama pecah dini.

2. Degradasi Kimia
Degradasi kimia adalah suatu reaksi perubahan kimia atau peruraian komponen suatu polimer karena reaksi dengan polimer sekitarnya berupa tindakan atau proses penyederhanaan atau meruntuhkan sebuah molekul menjadi lebih sederhana (kecil) baik secara alami maupun buatan.
Degradasi atau penguraian kimia kerangka polimer-polimer vinil yang tersusun dari rantai-rantai karbon yang tidak mengandung gugus-gugus fungsional selain ikatan rangkap dua polimer-polimer diena pada prinsipnya terbatas pada reaksi oksidasi.
Polimer-polimer terurai sangat lambat oleh oksigen dan reaksinya bersifat otokatalitik. Reaksi dapat dipercepat oleh penerapan panas atau sinar atau oleh hadirnya beberapa zat kotor yang mengkatalis proses oksidasi tersebut.
Polimer-polimer tak jenuh mengalami penguraian oksidatif jauh lebih cepat oleh proses-proses radikal bebas yang rumit, yang melibatkan zat antara peroksida dan hidroperoksida. Polimer-polimer tak jenuh juga sangat mudah menerima serangan ozon. Penguraian polimer melalui ozonolisis untuk memperbaiki ketahanan ozon dengan cara menempatkan sebagian alkena yang diperlukan untuk ikat silang sedemikian rupa sehingga pemutusan ikatan oksidatif tidak menyebabkan berkurangnya berat molekul.

B. Ciri-ciri Polimer yang mengalami degradasi kimia
Adapun ciri-ciri polimer yang mengalami degradasi kimia yaitu terjadi perubahan yang bersifat kimia pada polimer, selain itu juga terjadi perubahan sifat fisik dan mekanik pada polimer.
Perubahan yang bersifat kimia yaitu terjadi perubahan rantai polimer dan ikatan polimer. Perubahan fisik terlihat pada terjadinya perubahan warna polimer, timbulnya retakan pada polimer, polimer bersifat lebih rapuh, dan timbulnya bau air mineral kemasan.
Perubahan sifat mekaniknya meliputi kekuatan tarik, kekuatan kompresif (tekanan), kekuatan fleksur (patahan), kekuatan impak (menahan pukulan tiba-tiba), kelelahan, dan kekerasan.

C. Contoh Degradasi kimia
1. Degradasi Kimia Negatif
a. Hidrolisis
Nilon peka terhadap degradasi oleh asam, proses yang dikenal sebagai hidrolisis, dan nilon cetakan akan retak ketika diserang oleh asam kuat. Sebagai contoh, permukaan fraktur konektor bahan bakar menunjukkan pertumbuhan progresif retak dari serangan asam (Ch) ke titik puncak terakhir (C) dari polimer. Masalah ini dikenal sebagai stres korosi retak, dan dalam hal ini disebabkan oleh hidrolisis dari polimer. Itu adalah reaksi sebaliknya sintesis polimer:


b. Fluoroelastomer
Degradasi kimia dari fluoroelastomer, FKM (Viton ® A), dalam situasi alkaline (10% NaOH, 80 ° C). Optical microscope dan analisis SEM mengungkapkan bahwa degradasi dimulai dengan kekasaran permukaan sejak tahap awal paparan (misalnya, 1 minggu) dan akhirnya menyebabkan keretakan pada permukaan setelah kontak yang terlalu lama. Pada awalnya tingkat degradasi terutama terbatas pada daerah permukaan (beberapa nanometer) tapi dengan pencahayaan lebih lama (misalnya, 12 minggu) itu meluas sampai ke bawah daerah bawah permukaan fluoroelastomer. Tingkat degradasi permukaan ini ditemukan untuk menjadi cukup kuat untuk mempengaruhi sifat mekanik massal. Mekanisme molekuler dari degradasi kimia permukaan yang ditentukan menggunakan analisis permukaan (XPS dan ATR-FTIR) di mana degradasi awal ditemukan untuk melanjutkan melalui dehydrofluorination. Ini mengarah pada pembentukan ikatan ganda pada tulang punggung karet yang mempercepat degradasi lebih jauh dengan pencahayaan lebih lama. Selain itu, salib-link situs dari sampel karet yang terbuka juga ditemukan untuk rentan terhadap serangan hidrolitik kimia di bawah lingkungan yang diteliti terbukti dengan penurunan kepadatan lintas link dan fraksi gel (%).
c. Klor-Induced Cracking
Gas yang sangat reaktif diantaranya adalah klorin, yang akan menyerang polimer rentan seperti resin asetal dan polybutylene pipa. Ada banyak contoh seperti pipa dan alat kelengkapan asetal gagal dalam properti di Amerika Serikat sebagai akibat klorin-induced cracking. Pada dasarnya serangan gas bagian sensitif dari rantai molekul (terutama sekunder, tersier atau allylic atom karbon), oksidasi rantai rantai dan akhirnya menyebabkan perpecahan. Akar penyebab adalah sisa-sisa klorin dalam pasokan air, ditambahkan untuk tindakan anti-bakteri, serangan terjadi bahkan pada bagian per juta jejak gas yang larut. Klorin menyerang bagian lemah dari suatu produk, dan dalam kasus sebuah resin asetal persimpangan dalam sistem pasokan air, itu adalah akar benang yang diserang pertama, menyebabkan retak rapuh untuk tumbuh. Perubahan warna pada permukaan fraktur disebabkan oleh pengendapan karbonat dari air keras pasokan, sehingga sendi sudah dalam kondisi kritis selama berbulan-bulan. Masalah-masalah di AS juga terjadi untuk polybutylene pipa, dan menyebabkan materi yang dikeluarkan dari pasar, meskipun masih digunakan di tempat lain di dunia.






serangan klorin resin asetal pipa gabungan





d. Degradasi Karet oleh Ozon
Salah satu contoh umum dari degradasi dibantu kimia adalah degradasi karet oleh partikel ozon. Ozon adalah molekul atmosfer alami yang dihasilkan oleh pengeluaran muatan listrik atau melalui reaksi oksigen dengan radiasi matahari. Ozon juga diproduksi dengan polutan atmosfer bereaksi dengan ultraviolet Radiasi. Untuk reaksi terjadi, hanya konsentrasi ozon harus serendah 3-5 bagian per seratus juta (pphm) dan ketika konsentrasi ini dicapai, suatu reaksi terjadi pada lapisan permukaan tipis (5 x10-7 meter) dari bahan . Molekul ozon bereaksi dengan karet yang dalam banyak kasus tak jenuh (mengandung ikatan rangkap), namun reaksi akan tetap terjadi dalam polimer jenuh (yang hanya mengandung ikatan tunggal). Ketika reaksi terjadi, pemotongan dari rantai polimer (melanggar ikatan kovalen ganda) terjadi membentuk pembusukan produk:
Pemotongan rantai meningkat dengan kehadiran aktif Hidrogen molekul (misalnya, dalam air) serta asam dan alkohol. Bersamaan dengan jenis reaksi, lintas menghubungkan dan samping formasi cabang juga terjadi oleh aktivasi ikatan ganda dan ini membuat bahan karet lebih rapuh. Karena peningkatan kerapuhan karena reaksi kimia, bentuk retakan di daerah-daerah yang tinggi stres. Sebagai propagasi retakan ini meningkat, permukaan baru dibuka untuk degradasi terjadi.

e. Degradasi Poli Vinil Chloride (PVC)
Degradasi juga dapat terjadi sebagai akibat dari pembentukan, dan kemudian kerusakan ikatan ganda, seperti solvolysis dalam PVC (Peacock). Solvolysis terjadi bila ikatan Karbon-X, dengan X mewakili halogen, rusak. Ini terjadi pada PVC di keberadaan asam spesies. Atom Hidrogen aktif akan menghapus atom Klor dari polimer molekul, membentuk asam klorida (HCl). HCl dihasilkan dapat mengakibatkan dechlorination atom Karbon yang berdekatan. The dechlorinated Karbon atom kemudian cenderung untuk membentuk ikatan ganda, yang dapat diserang dan dirusak oleh ozon, seperti karet degradasi dijelaskan di atas.

f. Degradasi Polyester
Degradasi poliester dapat terjadi tanpa kehadiran asam katalis yang menyebabkan degradasi PVC. Selama hidrolisis air yang bertindak sebagai katalis reaktif bukan asam. Ini menyebabkan degradasi terutama pada suhu dan tekanan tinggi selama pemrosesan.
Dalam proses ini molekul air akan menyerang CO-ikatan ester, memecah polimer setengah. Molekul air akan terdisosiasi, dengan satu atom hidrogen membentuk kelompok asam karboksilat pada atom karbon dengan oksigen berikatan ganda, sedangkan sisanya membentuk atom alkohol di ujung rantai yang lain. Produk reaktif ini dapat juga menyebabkan degradasi lebih lanjut dari rantai polimer. Pemotongan rantai ini rata-rata menurunkan berat molekul dari polimer, menurunnya jumlah dan kekuatan ikatan antarmolekul serta tingkat keterlibatan. Ini akan meningkatkan mobilitas rantai, menurunnya kekuatan polimer dan meningkatkan deformasi pada tegangan rendah.






pipa bahan bakar rusak konektor

2. Degradasi Kimia Positif
a. Solvolisis atau daur ulang PET secara kimia (Sintesis dibenzil tereftalat melalui depolimerisasi plastik poli(etilena tereftalate) sebagai alternatif daur ulang plastik bekas).
Plastik poli(etilena tereftalat) (PET) telah menjadi kebutuhan yang penting bagi kehidupan manusia. Bahan ini biasanya dimanfaatkan sebagai fiber dan pengemas. Disamping itu juga menjadi bagian pokok pada komponen eksterior dan interior bodi mobil. Komponen plastik banyak menawarkan banyak keuntungan dibanding bahan lain seperti baja, paduan logam nonferro, keramik dan gelas. Plastik bobotnya ringan, yang menyebabkan komponen lebih ringan, mobil lebih ringan. Plastik dapat dicetak dengan mudah menjadi bentuk yang rumit. Banyak produk plastik, khususnya yang digunakan untuk pengemas, memiliki periode pemakaian yang pendek dan segera dibuang. Karena ada sebagian daerah yang kekurangan lahan untuk penimbunan, suatu usaha pemberian insentif untuk pendaur ulang limbah telah diberikan untuk mengurangi limbah yang ditimbun. Sedangkan produk kertas sekitar 20% dan wadah aluminium 30% telah didaur ulang, hanya 1 % plastik buangan yang didaur ulang. Terdapat beberapa faktor yang memberikan sumbangan terhadap kecilnya daur ulang plastik saat ini. Harga plastik daur ulang tidak kompetitif dibandingkan plastik “asli” yang dibuat dari petrokimia. Faktor kontribusi lain melibatkan problem pemilahan (sorting) produk limbah plastik menjadi katagori yang bervariasi. Jika pemilahan ini tidak dilakukan, produk yang dibuat dari campuran plastik yang digunakan akan rendah mutunya.

b. Degradasi Nylon
Nylon merupakan salah satu polimer yang banyak ditemukan. Selain jelas digunakan dalam industri tekstil untuk pakaian dan karpet, banyak nilon digunakan untuk membuat ban tali - struktur bagian dalam ban kendaraan di bawah karet.
Serat juga digunakan dalam tali, dan nilon dapat dicampakkan ke dalam bentuk padat untuk roda gigi dan bantalan di mesin, misalnya.
Perusahaan kimia raksasa dari Amerika Serikat, Du Pont, berhasil mengembangkan teknologi baru daur ulang untuk Nylon, yakni dengan menggunakan teknologi ammonolysis. Pilot plant untuk melakukan riset daur ulang Nylon, ternyata jauh sebelumnya telah dibangun di wilayah Ontario, tepatnya di kota Kingston, Kanada, demikian Du Pont menjelaskan. Pihak Du Pont sendiri bahkan telah mengadakan riset dan pengembangan proses ammonolysis pada fasilitas riset tersebut selama bertahun-tahun.
Dan terakhir, sebelum mengaplikasikannya secara luas, Du Pont merasa perlu untuk mengadakan test kelayakan terutama dari sudut pandang ekonomis metoda baru tersebut. Untuk itulah, pada tahun 2000 ini, Du Pont juga telah menyelesaikan pembangunan sarana yang lebih besar di kota Maitland yang juga terletak di wilayah Ontario. Sarana demonstrasi daur ulang Nylon dalam skala besar ini, sebenarnya juga dimaksudkan untuk memberikan sarana penilaian bagi khalayak industri secara luas terhadap metoda baru tadi. Dan tentu saja sekaligus sebagai sarana promosi Du Pont yang jitu.
Metoda ammonolysis ini adalah metoda yang murni hasil riset milik Du Pont sendiri. Nylon yang beredar di pasaran adalah Nylon PA6 dan Nylon PA66. Namun kenyataannya selama ini, metoda daur ulang kimiawi untuk masing-masing jenis Nylon adalah saling berlainan. Sehingga sebelum masing-masing didaur ulang, diperlukan proses pemisahan di antara kedua jenis Nylon tersebut. Apalagi untuk jenis bahan seperti karpet Nylon (yang biasanya terbuat dari campuran Nylon PA6 dan PA66), tidak ada metoda kimiawi yang bisa dipakai untuk mendaur-ulangnya. Dan biasanya, bahan-bahan Nylon yang tidak bisa dipisahkan seperti ini, tidak didaur-ulang, bahkan sebagian besar ditimbun di dalam tanah begitu saja.
Proses ammonolysis yang ditemukan Du Pont, adalah teknologi degradasi polimer yang berlaku untuk kedua jenis Nylon, PA6 dan PA66. Disinilah letak perbedaannya. Jadi ketika Nylon yang akan didaur ulang dikumpulkan, tidak diperlukan lagi proses pemisahan Nylon PA6 dan PA66. Metoda kimiawi daur ulang seperti ini adalah metoda pertama di dunia, yang sangat dinanti-nantikan kehadirannya, terutama pada ‘era ISO 14000′ seperti sekarang ini. Hasil daur ulang Nylon dengan proses ammonolysis terbukti menunjukkan kualitas yang serupa. Kualitas bahan yang homogen ini memungkinkan dan memudahkan pemasaran kembali hasil daur ulang Nylon. Ini penting artinya dari sudut pandang ekonomis. Namun yang jauh lebih penting lagi, proses daur ulang ini sangat besar artinya bagi pelestarian lingkungan hidup, karena tidak perlu lagi penimbunan berbagai jenis Nylon ke dalam tanah.











D. Cara dan Proses Degradasi PET
Sampel yang digunakan adalah botol minuman ringan sebagai sumber PET.
Prosedur sintesis dibenzil tereftalat dilakukan sebagai berikut bahwa Plastik PET dari botol minuman ringan seberat 3,057 g yang telah dipotong-potong dimasukkan ke dalam labu alas bulat 100 ml yang telah berisi batang magnet yang dilapisi teflon, 30 ml benzyl alkohol, dan 0,601 g zink asetat. Setelah condenser pendingin air dipasang, campuran diaduk dan direfluks selama 20, 24, dan 28 jam. Campuran hasil dicuci dengan air terdistilasi 100 ml dan air didekantasi dari campuran. Setelah penambahan 50 ml metanol ke dalam campuran hasil, lalu didinginkan dalam ice bath untuk menghasilkan kristal putih dibenzil tereftalat belum murni yang dikumpulkan melalui filtrasi isap. Produk ini dilarutkan dalam 100 ml metanol panas dan filtrasi panas dilakukan untuk menghilangkan pengotor yang tak larut. Filtrat diuapkan hingga tinggal separo pada hot plate dan dibiarkan mendingin pelan-pelan sampai temperatur kamar. Setelah pendinginan lanjut dalam ice bath, produk yang telah dianggap murni dikumpulkan melalui filtrasi isap dan dibiarkan sampai kering di udara. Data titik leleh zat hasil sintesis dibandingkan dengan data literatur (titik leleh dibenzil tereftalat, DBT 96,5 – 97oC). Jika titik leleh DBT hasil sintesis sama atau mendekati data ini maka dapat dikatakan sudah cukup murni. Dari spektra FTIR akan diketahui puncak khas seperti gugus C=O, C=C, C-H alifatik, dan C-H aromatik ulur, sedang dari RMN 1H dapat diketahui jumlah proton metilen dan aromatik serta multiplisitasnya. Kromatografi lapis tipis diperlukan untuk mengetahui fraksi molekul yang ada dalam zat hasil sintesis.
Sintesis dibenzil tereftalat dilakukan melalui degradasi poli(etilena tereftalat) secara refluks dalam benzil alkohol pada temperatur 145-150 oC selama 20, 24, dan 28 jam menggunakan katalis zink asetat. Hasil degradasi dimurnikan dengan rekristalisasi dalam metanol dan kemudian titik leleh, spektra FTIR, RMN 1H, dan pemisahan secara TLC ditentukan. Titik leleh produk degradasi selama 28 jam adalah 98-99oC. Berdasarkan spektra FTIR diketahui senyawa hasil degradasi memiliki gugus OH dari benzil alkohol pengotor (3431,1 cm-1), C=O (1716,5 cm-1), C-O (1272,9 cm-1), CHalifatik (sekitar 2950 cm-1), dan aromatik (sekitar 3050 cm-1), benzen monosubstitusi (727,1 dan 696,3 cm-1), dan benzen disubstitusi (383,8 cm-1), sedangkan pada spektra RMN 1H menunjukkan pergeseran kimia pada 8,2 ppm (s, 10H aromatik monosubstitusi), 7,5 ppm (s, 9 H yaitu 4 H aromatik disubstitusi dan 5 H aromatik benzil alkohol), 5,4 ppm(s, 1 H yang berikatan dengan O pada benzil alkohol), 4,8 ppm (s, 4 H metilen), dan 2,9 ppm (s, 7 H dari pengotor lain). Pada lempeng TLC terlihat noktah tunggal pada hasil degradasi selama 28 jam, yang dapat menunjukkan senyawa tunggal. Berdasarkan hasil karakterisasi ini dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil degradasi adalah dibenzil tereftalat yang masih mengandung benzil alkohol dan pengotor lain.
Sintesis dibenzil tereftalat (DBT) berhasil dibuat melalui degradasi PET secara refluks dalam benzil alkohol dalam kondisi reaksi yaitu, temperature 145-150oC, waktu 28 jam, dan tekanan atmosfer. Dibenzil tereftalat tersebut berupa kristal berwarna putih dengan titik leleh 98 – 99oC.

E. Perlindungan terhadap Degradasi Kimia
Kedua hambatan fisik dan kimia dapat digunakan untuk melindungi polimer dari degradasi dibantu secara kimiawi. Penghalang fisik harus memberikan perlindungan terus-menerus, tidak boleh bereaksi dengan polimer lingkungan, harus fleksibel sehingga dapat terjadi peregangan dan juga harus mampu untuk menumbuhkan (setelah memakai proses). Penghalang kimia harus sangat reaktif dengan lingkungan sekitar polimer sehingga penghalang bereaksi dengan kondisi lingkungan daripada polimer itu sendiri. Penghalang ini melibatkan penambahan bahan ke dalam campuran polimer selama fabrikasi dari polimer. Karena ini, tambahan penghalang harus memiliki kelarutan yang cocok, harus secara ekonomi layak dan harus tidak menghambat proses produksi. Untuk penghalang harus diaktifkan, penambahan harus berdifusi ke permukaan dan jadi cocok difusivitas juga diperlukan. Ada empat teori tentang bagaimana hambatan jenis ini melindungi bahan polimer:

Penstabil
Cahaya terhalang-amina penstabil (Hals) menstabilkan terhadap pelapukan oleh pemulungan radikal bebas yang dihasilkan oleh foto-oksidasi matriks polimer. UV-absorbers stabil terhadap pelapukan dengan menyerap sinar ultraviolet dan mengubahnya menjadi panas. Antioksidan menstabilkan polimer dengan menghentikan reaksi berantai karena adsorpsi sinar UV dari sinar matahari. Reaksi berantai yang dimulai oleh foto-oksidasi mengarah pada penghentian silang dari polimer dan degradasi milik polimer.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Degradasi polimer. http://en.wikipedia.org/wiki/Polymer_degradation
Anonym. 2000. du-pont-temukan-metoda-baru-daur-ulang-nylon. http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/berita/du-pont-temukan-metoda-baru-daur-ulang-nylon
Anonym. 2009. Degradasi kimia. http://www.degradation.com/degradasi-kimia-chart
Hart, dkk. 2003. Kimia Organik Edisi Kesebelas. Jakarta : Erlangga
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/df/Nylon6_and_Nylon6,6_structure.svg/708px-
Stevens, Malcolm P. 2007. Kimia Polimer. Jakarta : PT Pradnya Paramita
Suwardi, dkk. 2005. Sintesis Dibenzil Tereftalat Melalui Depolimerisasi Plastik Poli(Etilena Tereftalate) Sebagai Alternatif Daur Ulang Plastik bekas. http://journal.ui.ac.id/?hal=detailArtikel&q=202